PINUSI.COM – Ronald Araujo, yang semula jadi tumpuan Barcelona, mendadak jadi buah bibir, karena kartu merah yang diterimanya dalam duel sengit melawan Paris Saint-Germain di Liga Champions.
Barcelona yang awalnya unggul agregat berkat kemenangan 3-2 di leg pertama, tambah pede dengan gol cepat Raphinha di Camp Nou.
Tapi,
suasana berubah total gara-gara insiden Araujo.
Di pertengahan babak pertama, Araujo yang berusia 25 tahun, harus menerima kartu merah, setelah melanggar Bradley Barcola yang hampir saja mencetak gol.
Kejadian itu berlangsung di pinggir kotak penalti, membuat Araujo, yang biasanya tangguh di lini belakang, jadi sorotan karena kelakuannya yang kurang terkontrol saat berdebat panas dengan wasit Istvan Kovacs.
Wasit Kovacs dengan tegas mengusir Araujo dari lapangan, meski sang pemain terus berusaha membela diri.
Protes yang dilakukan Araujo
tidak membuahkan hasil, hanya menambah drama dalam pertandingan yang sudah
penuh tensi.
Fans Barca dan netizen ramai membicarakan momen ini, memperdebatkan apakah kartu merah itu memang layak atau terlalu keras.
"Mengapa Araujo melakukan itu? Sangat bodoh, seharusnya dia mengambil risiko dengan situasi 1v1 [dengan kiper Marc-Andre ter Stegen]," tulis salah satu penonton yang marah di X.
"Kami sekarang tinggal 10 pemain dengan 60 [menit] tersisa, DAN dia diskorsing untuk potensi semifinal. Skenario terburuk, mengubah segalanya."
"Ini jelas merupakan kartu merah, saya tidak tahu mengapa Araujo tetap berada di lapangan begitu lama untuk berdebat." komentar netizen lainnya.
Babak yang dramatis di Camp Nou berakhir dengan petaka bagi Barcelona, setelah Ronald Araujo diusir dari lapangan.
Xavi, pelatih Barca, terpaksa membayar mahal kesalahan bintang bertahannya tersebut.
Hanya 11 menit setelah pengusiran Araujo, mantan penggawa Blaugrana, Ousmane Dembele, menghukum mantan timnya dengan sebuah gol yang menyamakan kedudukan di babak pertama, embuat agregat sementara menjadi 4-3 untuk keunggulan Barcelona.
Namun, drama semakin meningkat di babak kedua. Keunggulan jumlah pemain membuat PSG, di bawah asuhan Luis Enrique, semakin menggila.
Vitinha dan Kylian Mbappe (dengan dua gol gemilang) berhasil membalikkan keadaan, dan skor pun berubah drastis menjadi 4-1 pada malam itu, sehingga agregat pun menjadi 6-4 untuk PSG.
Hasil ini membawa PSG lolos ke semifinal Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 2021, sedangkan Barcelona harus menelan pil pahit dengan absen di empat besar selama lima tahun berturut-turut.
Kekalahan ini bukan hanya tentang gol yang tercipta, tapi juga tentang kesalahan taktis dan momen-momen kritis yang harusnya bisa dihindari.
Fans Barcelona mungkin akan bertanya-tanya, apa yang bisa dilakukan, dan bagaimana masa depan klub ini akan terbentuk pasca-kegagalan ini.
Bagi PSG, ini adalah langkah besar menuju puncak Eropa, sementara Barca kembali ke papan gambar untuk merekonstruksi dan mempertanyakan strategi mereka. (*)