PINUSI.COM – Dalam pertemuan yang menegangkan dan dramatis di babak playoff Olimpiade, Guinea meraih tiket final sepak bola putra Olimpiade Paris 2024 dengan susah payah atas Indonesia, berkat gol tunggal Ilaix Moriba.
Pertandingan dimulai dengan kedua tim menampilkan taktik yang kontras.
Guinea mengandalkan kekuatan fisik mereka, mencari peluang dari bola mati dan sepak pojok, sedangkan Indonesia memilih pendekatan defensif, melakukan serangan balik dengan cepat jika memungkinkan.
Guinea segera menemukan terobosan ketika kapten Indonesia, Witan Sulaeman, melakukan pelanggaran di dalam kotak penalti pada menit ke-28, yang berujung pada penalti.
Ilaix Moriba maju sebagai eksekutor dan dengan tenang mengeksekusi penalti, membuat kiper Ernando Ari salah mengantisipasi, untuk mengubah skor menjadi 1-0.
Indonesia berusaha segera membalas melalui tendangan sayap kiri Pratama Arhan, namun usahanya berhasil diselamatkan dengan baik oleh penjaga gawang Guinea Soumaila Sylla.
Kelengahan di lini pertahanan hampir saja membuat Guinea menggandakan keunggulan mereka sebelum jeda, namun Algassime Bah gagal memanfaatkannya.
Babak pertama berakhir 1-0 untuk keunggulan Guinea.
Guinea melakukan pergantian pemain setelah jeda, sementara Indonesia meningkatkan tempo serangan mereka, nyaris mencetak gol melalui sundulan yang masih meleset dari sasaran.
Meskipun Indonesia tampil lebih baik, Guinea tetap berbahaya, dengan Lamine Soumah hampir saja mencetak gol kedua pada menit ke-54.
Tendangannya berhasil diblok dengan heroik oleh pemain belakang Indonesia.
Pada menit ke-73, Guinea mendapatkan hadiah penalti kedua setelah Alfeandra Dewangga melakukan tekel yang kurang baik di area kotak penalti.
Namun, tendangan Bah masih membentur tiang gawang, menjaga harapan Indonesia tetap hidup.
Pertandingan berubah menjadi dramatis beberapa saat kemudian ketika pelatih Indonesia, Shin Tae-yong, mendapat kartu merah karena terlibat adu mulut dengan wasit.
Ia harus meninggalkan lapangan selama beberapa menit, yang semakin mengganggu momentum Indonesia.
Meskipun kehilangan pelatih, Indonesia terus menekan, menyerang dengan rajin namun kurang presisi.
Guinea bertahan dengan kokoh, menggagalkan upaya Indonesia menyamakan kedudukan.
Delapan menit tambahan waktu hanya menambah tensi pertandingan, namun Guinea mampu bertahan dari tekanan untuk mengamankan kemenangan yang tak terlupakan. (*)