PINUSI.COM - Jackson Irvine, gelandang tangguh Timnas Australia, menjadi sorotan setelah tampil dalam laga kualifikasi Piala Dunia melawan Indonesia pada 10 September 2024. Meskipun pertandingan yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno tersebut berakhir imbang tanpa gol, netizen justru lebih memperhatikan gaya berpakaian unik Irvine yang kerap disebut sebagai "skena."
Dalam unggahan di akun Instagram-nya, @jacksonirvine_, Jackson sering tampil dengan pakaian yang memadukan elemen kasual dan streetwear. Gaya ini mencerminkan kepribadiannya yang autentik, sesuatu yang jarang terlihat pada pesepak bola profesional lainnya.
Jackson dikenal sering mengenakan jaket, celana pendek, dan memadukan jersey sepak bola dengan celana panjang, serta aksesori seperti topi beanie dan tote bag. Penampilannya ini mencerminkan kecintaannya pada budaya musik alternatif dan menunjukkan karakter berani serta kreatif.
Baca Juga: Peringkat FIFA: Indonesia Naik Usai Imbangi Australia
Gaya yang khas ini membuat Irvine tidak hanya menarik di lapangan, tetapi juga di luar lapangan, di mana ia tetap setia pada identitasnya meskipun berada di dunia olahraga profesional. Sosoknya dianggap mampu menginspirasi banyak orang karena keunikan dan otentisitas yang ia tunjukkan.
Lahir di Melbourne pada 7 Maret 1993, Jackson Irvine telah menunjukkan bakat sepak bola sejak usia muda. Karier profesionalnya dimulai di klub Skotlandia, Celtic, pada tahun 2012. Meskipun tidak banyak tampil, pengalamannya di liga Eropa sangat berharga untuk perkembangan kariernya.
Baca Juga: Maarten Paes Komentari Penampilan Gemilang Usai Tahan Imbang Australia
Setelah memperkuat klub seperti Ross County, Burton Albion, dan Hull City, Irvine melanjutkan kariernya di Hibernian pada tahun 2020. Kini, ia bermain di FC St. Pauli, Bundesliga 2 Jerman, dan menjadi pemain penting di lini tengah. Dengan kontrol bola dan kemampuan mengatur tempo, Irvine sering kali menjadi motor serangan timnya.
Sejak debutnya bersama Timnas Australia pada tahun 2013, Jackson Irvine telah mencatat lebih dari 50 penampilan internasional. Sebagai gelandang serba bisa, ia bisa beroperasi baik sebagai gelandang bertahan maupun menyerang. Kecakapannya dalam menahan tekanan dan visi permainannya menjadikannya salah satu pemain kunci di bawah asuhan pelatih Graham Arnold.
Irvine tidak hanya diandalkan karena fisiknya yang kuat, tetapi juga karena kemampuannya menciptakan peluang bagi rekan setimnya. "Jackson adalah pemain yang selalu memberikan 100 persen di lapangan. Dia adalah pemain yang tidak pernah menyerah," ujar Arnold dalam sebuah wawancara.
Di luar lapangan, Jackson Irvine juga dikenal sebagai sosok aktivis yang sering menyuarakan isu-isu sosial. Ia aktif memperjuangkan hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan masalah lingkungan. Keberaniannya untuk berbicara dan mengambil sikap atas isu-isu penting membuatnya dihormati oleh banyak orang.
"Irvine adalah contoh bahwa menjadi atlet profesional bukan hanya soal bermain di lapangan, tetapi juga memberi dampak positif pada masyarakat," kata John Didulica, mantan CEO Asosiasi Pemain Profesional Australia. (*)