search:
|
PinRec

Ngaben Hingga Rambu Solo, Ini 3 Tradisi Pemakaman Unik di Indonesia

ragil dwisetya utami/ Sabtu, 13 Jul 2024 08:00 WIB
Ngaben Hingga Rambu Solo, Ini 3 Tradisi Pemakaman Unik di Indonesia

Hampir seluruh pulau di Indonesia memiliki tradisi pemakaman yang berbeda-beda. Foto: unsplash/Krisna Yuda


PINUSI.COM - Hampir seluruh pulau di Indonesia memiliki tradisi pemakaman yang berbeda-beda.

Hal ini merujuk pada kepercayaan serta tradisi turun-temurun dari para leluhur yang masih dijaga hingga sekarang.

Tak sekadar mengantarkan jenazah ke peristirahatan terakhir, berbagai tradisi pemakaman unik di Indonesia ini juga sarat nilai filosofi dan makna mendalam.

Mengutip dari laman Kemenparekraf, berikut ini 3 tradisi pemakaman unik di Indonesia.

Ngaben

Ngaben menjadi salah satu yang cukup populer dan diketahui banyak orang.

Tradisi pemakaman khas Umat Hindu Bali ini bertujuan menyucikan roh orang yang sudah meninggal.

Namun, untuk melakukan hal tersebut, ada beberapa upacara adat yang harus digelar, salah satunya dengan membangun lembu kayu sebagai tempat jenazah prosesi Ngaben.

Di puncak prosesi Ngaben adalah Ngeseng Sawa, yakni pembakaran jenazah.

Lembu kayu tersebut juga turut dibakar dengan tujuan untuk membingungkan arwah agar tidak kembali ke dunia.

Setelah proses pembakaran jenazah selesai, dilanjutkan dengan prosesi Nganyut, yakni menghanyutkan abu jenazah ke laut, sebagai simbolis bersatunya kembali jiwa dengan alam.

Mangokal Holi

Pulau Samosir yang berada di tengah-tengah Danau Toba ternyata juga memiliki tradisi pemakaman yang tak kalah unik.

Tradisi tersebut bernama Mangokal Holi, sebuah kepercayaan turun-temurun masyarakat Pulau Samosir dengan memindahkan tulang tengkorak leluhur sebagai bentuk penghormatan.

Tradisi Mangokal Holi dilakukan dengan membongkar makam keluarga yang telah lama meninggal, dan menempatkan tulang-belulang di sebuah tugu.

Tradisi Mangokal Holi dipercaya masyarakat Samosir bisa mendekatkan arwah leluhur ke Sang Pencipta.

Tradisi pemakaman Mangokal Holi juga bertujuan menyatukan jasad seluruh anggota keluarga di dalam sebuah tugu yang indah.

Makin indah, mahal, dan tinggi tugu yang dibuat, maka makin tinggi status marga pemilik makam tersebut. 

Rambu Solo

Tradisi pemakaman dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan ini dipercaya masyarakat Suku Toraja sebagai penyempurna kematian, serta sebagai bentuk penghormatan dan mengantarkan arwah menuju alam ruh.

Namun, tradisi pemakaman Rambu Solo ini harus melewati proses upacara adat yang cukup panjang.

Salah satunya adalah keluarga harus berkurban hewan, antara babi atau kerbau.

Tak cukup satu atau dua hewan, tapi bisa mencapai puluhan hingga ratusan hewan yang dikurbankan, hal ini menyesuaikan strata sosial jenazah. Tak heran jika upacara adat Rambu Solo bisa digelar selama 3-7 hari berturut.

Setelah upacara adat selesai, jenazah baru boleh 'dikubur' di tebing batu tinggi atau disebut Lemo.

Masyarakat Suku Toraja percaya, tradisi Rambu Solo dapat mengantarkan arwah lebih cepat ke Puya atau surga. (*) 



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: ragil dwisetya utami

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook