search:
|
PinNews

Sebut Pemilu 2024 Abu-abu, Megawati Sukarnoputri: Sudah Direkayasa

Yohanes A.K. Corebima/ Sabtu, 25 Mei 2024 12:00 WIB
Sebut Pemilu 2024 Abu-abu, Megawati Sukarnoputri: Sudah Direkayasa

Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri mengeklaim Pemilu 2024 penuh kecurangan, dan telah direkayasa untuk kelompok tertentu. Foto: INSTAGRAM@MEGAWATI


PINUSI.COM - Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri mengeklaim Pemilu 2024 penuh kecurangan, dan telah direkayasa untuk kelompok tertentu.

Karena kecurangan-kecurangan itu, Pemilu 2024 yang katanya adalah pemilu langsung, menjadi abu-abu. 

Hal ini disampaikan Megawati di hadapan ratusan kader PDIP, dalam acara Rakernas ke-V PDIP di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta Utara, Jumat (24/5/2024). 

"Lho kok sekarang pemilunya langsung, tapi kok jadi abu-abu gitu, sudah direkayasa," kata Megawati, dikutip pada Sabtu (25/5/2024). 

Tak sampai disitu, Megawati juga mengeklaim Pemilu 2024 adalah hajatan demokrasi terburuk sepanjang sejarah Indonesia.

Dia bilang, hal ini telah disepakati berbagai kalangan, mulai dari tokoh agama, cendekiawan, budayawan, hingga seniman. 

Parahnya lagi, kata Megawati, lembaga negara penyelenggara pemilu, juga terkesan memaklumi berbagai kecurangan yang terjadi.

Satu-satunya pihak yang paling getol soal berbagai kecurangan pemilu itu, kata Megawati, adalah dirinya dan PDIP.

"KPU-nya juga diam, Bawaslunya enggak ada suara."

"Jadi kan saya mikir masa saya enggak boleh bersuara, saya boleh dong bersuara, katanya kita ini negara demokrasi, menjalankan demokratisasi," tuturnya.

Megawati juga menyinggung kinerja Mahkamah Konstitusi (MK) dalam menangani berbagai sengketa Pilpres.

Mega menyebut lembaga yang ia dirikan itu kini berada di jalur yang salah.

MK yang seharusnya independen, justru takluk oleh intervensi penguasa.

"Makanya aduh MK juga sama, kenapa bisa diintervensi oleh kekuasaan?"

"Tampak jelas melalui putusan terhadap perkara nomor 90 yang menimbulkan banyak antipati."

"Ambisi kekuasaan sukses mematikan etika moral dan hati nurani, hingga tumpang tindih kewenangannya dalam demokrasi yang sehat," bber Mega. (*)



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: Yohanes A.K. Corebima

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook