search:
|
PinNews

ESDM Minta Smelter Kurangi Ketergantungan Batu Bara

Jumat, 14 Jun 2024 06:46 WIB
ESDM Minta Smelter Kurangi Ketergantungan Batu Bara

Ilustrasi smelter. Foto: Unsplash


PINUSI.COM, Jakarta -  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta kepada para pelaku industri pertambangan, khususnya yang mengoperasikan smelter atau pemurnian hasil tambang, untuk menyiapkan fasilitas dual-fuel, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi batu bara.

“Di bawah kewenangan kami (ESDM), hanya 5 (smelter) yang masih bergantung kepada energi batu bara. Sudah mulai diminta oleh Bapak Menteri (ESDM Arifin Tasrif) untuk menggunakan gas alam atau solar,” ujar Staf Ahli Bidang Ekonomi di Jakarta, Kamis (13/6/2024).

Smelter-smelter yang saat ini masih dalam proses konstruksi, kata Lana, juga sudah diminta untuk mempersiapkan fasilitas dual-fuel, sehingga tidak hanya bergantung kepada energi dari batu bara.

Langkah-langkah tersebut merupakan salah satu wujud komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dari sektor pertambangan.

“Mudah-mudahan, tidak dalam waktu yang terlalu lama, kita sudah bisa melakukan transisi energi dari batu bara ke energi lainnya,” kata Lana.

Selain itu, pada 2023 realisasi produksi batu bara Indonesia mencapai sekitar 725 juta ton. Hal tersebut, kata dia, menunjukkan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia.

Oleh karena itu, Lana merasa perlu bagi Indonesia untuk mengembangkan pemanfaatan batu bara, terutama untuk masa depan batu bara di tengah tren transisi energi.

Upaya pengembangan pemanfaatan batu bara tersebut tertuang dalam syarat perpanjangan kontrak tambang batu bara dari Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi lzin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Syarat tersebut mengharuskan perusahaan tambang yang ingin memperpanjang izin usahanya untuk melampirkan proyek hilirisasi batu bara.

Lana mengatakan bahwa pemerintah sudah menyetujui lima proyek hilirisasi batu bara yang masing-masing diajukan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin Indonesia, PT Multi Harapan Utama, PT Adaro Indonesia, serta PT Kideco Jaya Agung.

“Menuju kepada penurunan (produksi batu bara) sampai dengan 40 persen nanti di 2030, tentunya Indonesia mempersiapkan strategi-strategi yang bisa diupayakan dengan menggunakan kondisi alam yang ada di Indonesia,” pungkasnya.



Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook