PINUSI.COM - Kasus sindikat uang palsu di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan, terus mengungkap fakta baru. Kepala Perpustakaan UIN, Andi Ibrahim, bukanlah aktor utama di balik kasus ini. Ternyata, ada sosok lain dengan inisial ASS yang berperan sebagai donatur utama.
ASS, seorang pengusaha terkemuka di Sulawesi Selatan, disebut sebagai pihak yang membiayai pembelian bahan baku dan alat produksi uang palsu. Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, dalam konferensi pers di Mapolres Gowa, mengungkap bahwa ASS memiliki peran sentral bersama dua tersangka lainnya, yakni AI dan S.
Produksi Uang Palsu dan Perpindahan Lokasi
Awalnya, produksi berlangsung di rumah ASS di Jalan Sunu 3, Kota Makassar. Seiring meningkatnya kebutuhan, alat cetak yang lebih besar, seharga Rp600 juta, didatangkan dari China melalui Surabaya. Alat berbobot dua ton ini kemudian dipindahkan ke Kampus UIN Alauddin.
Baca Juga: Prabowo Usul Ampuni Koruptor Jika Kembalikan Uang, Bahlil: Itu Terobosan Hukum
Polisi menemukan alat tersebut setelah sebelumnya mendatangi lokasi produksi di rumah ASS. Hingga kini, total 17 tersangka telah diamankan, dengan tiga lainnya masih buron.
ASS, yang bernama lengkap Annar Salahuddin Sampetoding, adalah seorang pengusaha berpengaruh. Ia pernah menjabat di berbagai organisasi seperti KADIN Sulawesi Selatan dan Dewan Ekonomi Indonesia Timur. Namun, keterlibatannya dalam sindikat ini mencoreng reputasinya.
ASS diduga kuat mendanai pengadaan mesin cetak uang palsu dan menjadi otak di balik sindikat tersebut. Meski namanya menjadi perhatian publik, ponsel ASS telah tidak aktif sejak pekan lalu, membuat keberadaannya sulit dilacak.
Baca Juga: Kronologi Kecelakaan Tragis di Tol Pandaan-Malang: Bus Angkut Pelajar Tabrak Truk
Selain ASS, beberapa profesi dari 17 tersangka yang terlibat mencakup dosen UIN, ASN, hingga pegawai bank. Kapolda Sulsel memastikan bahwa peran masing-masing tersangka mulai dari produksi, jual beli, hingga distribusi telah diidentifikasi.
Polisi berkomitmen untuk menangkap para DPO yang masih buron dan memastikan kasus ini tuntas. “Kami akan terus mengejar para pelaku lainnya hingga semuanya tertangkap,” tegas Irjen Pol Yudhiawan.