PINUSI.COM - Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Rakornas Parekraf) 2023 yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), berjalan sukses pada 12-13 Desember 2023.
Rakornas 2023 lalu mengusung tema Indonesia Maju Bersama Parekraf Hijau.
Pada Rakornas Parekraf 2023, Kemenparekraf/Baparekraf menerapkan konsep green meeting, dengan harapan dapat mendorong para peserta berkomitmen menjaga lingkungan dan pelestarian alam.
Sehingga, bisa menjadi momentum bagi stakeholder pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) untuk menjalin sinergi, dalam upaya mengembangkan Parekraf Hijau yang berkualitas dan mengedepankan keberlanjutan lingkungan.
Secara keseluruhan, Rakornas Parekraf 2023 membahas lima isu penting yang dilatarbelakangi tema dan arah kebijakan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2024, yakni Mempercepat Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.
Lima isu penting tersebut antara lain Climate Crisis dan Dekarbonasi (Green) dengan 4 pilar keberlanjutan. Kemudian, Archipelago and Island Tourism Development (Blue); New Trends: Digital, Regenerative, Niche Tourism, Event Tourism, Health & Medical, Marine, Eco Heritage Regeneration; Sumber Daya Manusia; serta Hak Kekayaan Intelektual.
Kelima isu penting tersebut diharapkan dapat mempercepat transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Diharapkan juga, sektor parekraf dapat berkontribusi hingga 4,5% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia 2024.
Penentuan target pencapaian tersebut sebenarnya cukup masuk akal. Mengingat, sebelumnya sektor ekonomi kreatif Indonesia sudah menduduki nomor 3 besar dunia dengan nilai tambah Rp1.300 triliun, serta menyumbang 8% PDB nasional dengan mempekerjakan sekitar 24 juta orang.
Berbagai upaya dilakukan guna mewujudkan Parekraf Hijau di Indonesia. Satu di antaranya mendorong para stakeholder untuk mengedepankan pengelolaan destinasi wisata yang berkelanjutan.
Dengan begitu, dapat mewujudkan pariwisata Indonesia yang terus berkembang ke arah regenerative tourism.
Strategi yang bisa dilakukan dalam mewujudkan regenerative tourism, adalah dengan mendorong setiap destinasi wisata mengedepankan pengelolaan sampah yang baik, penggunaan dan daur ulang air dengan bijak, serta pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
Sama halnya dengan sektor pariwisata, di sektor ekonomi kreatif pun terus berupaya melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan Parekraf Hijau 2024, baik dengan melakukan penguatan sumber daya manusia, pembentukan serta penguatan ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif, serta penguatan digitalisasi produk.
Upaya mewujudkan Parekraf Hijau dalam pertumbuhan sektor ekonomi kreatif di Indonesia juga dilakukan dengan penguatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), melalui sinkronisasi dan sinergitas program antar stakeholder.
Mengingat, perlindungan hak kekayaan intelektual akan berdampak bagi perekonomian nasional. Sehingga, dapat memperkuat sektor ekonomi kreatif di masa mendatang.
Tak hanya menyusun strategi, Kemenparekraf turut melakukan aksi nyata dengan menjalin kolaborasi bersama dengan IZIFILL: startup teknologi yang berdedikasi pada isu lingkungan, dalam menghadirkan Smart Water Station berbasis IoT (internet of things), dan mengusung teknologi filtrasi Reverse Osmosis.
Di kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara tidak langsung mendukung perwujudan Parekraf Hijau di Indonesia.
Bentuk dukungan yang diberikan, berupa kebijakan penganggaran dan pembiayaan hijau (investasi hijau) dalam mendorong sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Menurut Sri Mulyani, dukungan tersebut diberikan karena sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki dimensi lingkungan yang berkaitan dengan emisi karbon dari transportasi maupun sampah. Ditambah lagi, sektor parekraf sangat rentan dengan perubahan iklim.
Dengan begitu, besar harapan jika penerapan Parekraf Hijau dapat berperan penting dalam mendukung tercapainya Indonesia Emas 2045.
Serta, dapat menciptakan lapangan kerja hijau (green jobs), dan membantu mengurangi emisi karbon dari total 8% menuju 4% pada 2030. (*)