PINUSI.COM - Jawa Barat memiliki banyak desa wisata yang layak dikunjungi.
Mengutip dari Jadesta Kemenparekraf, berikut ini 3 desa wisata di Jawa Barat:
1. Bantaragung
Desa wisata ini masuk 75 besar desa wisata terbaik di Indonesia dalam ADWI 2023.
Desa Bantaragung memiliki potensi fisik yang mampu mendukung pembangunan desa wisata, antara lain karena letaknya berada di kaki Gunung Ciremai.
Warga sana rata-rata bercocok tanam, dan mayoritas beragama Islam. Ada beberapa kesenian yang masih dijaga, seperti nyura, safar, suba, seba, tani hayati, hingga festival layang-layang.
Beberapa destinasi wisata di Desa Bantaragung adalah Ciboer Pass, Curug Cipeuleuy, Batu Asahan, dan Bukit Batu Semar.
2. Baros
Desa wisata ini masuk 75 besar desa wisata terbaik di Indonesia dalam ADWI 2023.
Dari beberapa data yang didapat dan masukan dari beberapa orang yang sudah berkunjung ke Desa Baros, akses jalan menuju Desa Baros Kecamatan Arjasari, cukup memadai untuk mobil roda 4 jenis MPV, dan bus medium.
Akses menuju Desa Baros ada beberapa jalur, jalur utama menuju Desa Baros bisa melalui Soreang sejauh 16 kilometer, atau bisa ditempuh 40 menit jalan darat normal ke arah Banjaran, lalu masuk ke jalur Kecamatan Arjasari.
Jika menggunakan kendaraan bertipe kecil seperti sepeda motor, lokasi Desa Baros cukup mudah dijangkau.
3. Lelea
Salah satu upacara adat yang ada di Desa Lelea Kabupaten Indramayu adalah Adat Ngarot.
Kata Ngarot diambil dari bahasa Sansekerta, Ngaruwat, yang artinya membersihkan diri dari segala dosa dan noda, akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang pada masa lalu.
Sedangkan menurut Bahasa Sunda kuno, Ngarot mempunyai arti minum.
Jadi, bisa diartikan Ngarot adalah upacara minum-minum atau pesta minum-minum bagi para muda-mudi disertai makan-makan menjelang turun ke sawah atau musim tanam tiba.
Istilah Ngarot oleh sesepuh desa bisa diartikan Kasinoman, karena pelakunya adalah kawula muda atau kasinoman.
Di desa ini masih terdapat puing-puing balai adat yang dibakar pada pemberontakan DI/TII di tahun 1957. (*)