PINUSI.COM - Di tengah gempuran coffee shop modern, tak ada salahnya kita menjelajahi rasa di deretan kedai kopi tertua di Indonesia.
Budaya minum kopi ternyata sudah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka lho.
Dimulai sejak era kolonial Belanda memperkenalkan biji kopi, sampai kedatangan orang-orang Tionghoa yang membuka usaha kopitiam, membuat masyarakat Indonesia makin akrab dengan si hitam pekat ini.
Sampai sekarang pun masih banyak kedai kopi atau kopitiam jadul yang tetap bertahan dan mempertahankan nilai nostalgianya tersendiri.
Berikut ini tiga kedai kopi tertua di Indonesia yang masih eksis menurut Nibbles:
1. Kopi Es Tak Kie
Foto: Instagram@kopiestakkieglodok
Kalau Pinusian sering berburu tempat legendaris dan nostalgic di kawasan Gang Gloria, Glodok, Jakarta Barat, maka nama Kopi Es Tak Kie sudah pasti masuk daftar.
Berdiri sejak 1927, kedai kopi ini merupakan salah satu yang tertua di
Indonesia.
Usaha ini mulanya didirikan oleh Liong Kwie Tjong, pendatang langsung dari Tiongkok, dan kini dipegang oleh generasi ketiga, Latief Yunus.
Sampai sekarang, autentisitas cara penyajian hingga cita-rasanya yang tetap terjaga, membuat Tak Kie tetap eksis dikunjungi pelanggan.
Biji kopi pilihan dari daerah Lampung akan disajikan dengan gaya lawas yang sudah bertahan sejak kedai ini pertama kali buka.
2. Warung Kopi Purnama
Foto: Instagram@warungkopipurnama
Penggemar kopi yang ada di Kota Bandung pasti tak asing dengan Warung Kopi Purnama di kawasan Jalan Alkateri Braga ini.
Warung kopi alias Kopitiam ini sudah ada sejak 1930, dengan nama Chang
Chong Se, lalu diganti menjadi Purnama pada 1966.
Lokasinya di daerah Braga bikin vibes tempo doeloe makin terasa pas.
Buka sejak pukul 06.30, Pinusian bisa sarapan dengan segelas kopi hangat, atau susu segar dengan roti bakar yang nikmat.
Yang paling terkenal adalah roti bakar srikaya yang selainya homemade alias diproduksi sendiri, sehingga rasanya sangat autentik.
3. Warung Kopi Asiang
Foto: Instagram@wk.asiang
Sudah berdiri sejak 1958, warung kopi di Kota Pontianak, Kalimantan Barat ini sangat ikonik dan sering masuk liputan banyak media, karena adanya sang “Naked Barista”.
Sang pemilik, Yohannes Fendi alias Asiang, terkenal dengan gaya meracik kopi tradisional sambil telanjang dada.
Menunya sederhana, ada kopi hitam atau kopi susu, dengan teknik seduh yang ditarik dari atas dan menampilkan sosok sang peracik yang bertelanjang dada sambil berkeringat.
Kualitas rasa kopinya
tak perlu diragukan lagi, karena memakai biji kopi robusta pilihan dari
perkebunan di Kalimantan.
Camilan pendampingnya juga tersedia, dari mulai pisang srikaya, roti srikaya, gado-gado siram, sate kuah, pastel, hingga bolu kukus. (*)