PINUSI.COM - Restoran yang terletak di Jalan Sukawangi No.1A, Gegerkalong ini punya konsep tematik yang berbeda, dengan menghadirkan suasana asri pedesaan di tengah Kota Bandung.
Tak hanya menu makanannya, konsep ‘kampung’ disajikan Dumuk Bareto lewat tata letak serta konsep bangunannya.
Misalnya, tempat VIP yang disebut dengan Imah Kuwu (rumah kepala desa), juga konsep warung yang menyajikan aneka jajanan tradisional dan spot foto.
Dengan dukungan tata letak serta suasana yang didesain seperti di pedesaan, rasanya seperti sedang berada jauh dari pusat kota, saat memasuki area Dumuk Bareto.
Irman selaku Pengelola Operasional, atau disebut Kuwu, di Dumuk Bareto menyebut, konsep resto ini mengajak warga Bandung dan wisatawan bernostalgia dengan suasana pedesaan.
Menurutnya, banyak orang dari desa yang kini merantau dan sukses di rantau, namun rindu dengan suasana pedesaan semasa ia kecil.
“Jadi nama Dumuk Bareto itu maksudnya satu daerah atau satu kampung dengan adat dan suasana perkampungan khas Sunda."
"Kita ada di tengah kota, namun bisa menghadirkan suasana pedesaan,” ujar Irman, dikutip dari laman Pemkot Bandung, Rabu (5/6/2024).
Di sini, Pinusian bisa mengeksplorasi berbagai area.
Sebut saja Imah Kuwu, Warung Mang Aceng, lalu tiga area saung, area outdoor, dan area gunung-gunungan.
Untuk menambah suasana lembur atau perkampungan, Dumuk Bareto juga menyediakan penyewaan pakaian tradisional Sunda.
Jadi, Pinusian bisa berfoto dengan suasana perkampungan dan pakaian tradisionalnya juga.
“Bukan hanya kulinernya yang kami jual, tetapi juga tempat dan suasana."
"Makanya, kami sediakan penyewaan baju adat yang bisa disewa di Warung Mang Aceng,” ujar Irman.
Sesuai temanya, restoran ini menyajikan aneka ragam kuliner khas Sunda.
Di resto, Pinusian bisa memesan nasi liwet, nasi bakar pete jambal, dengan lauk seperti ayam kampung bumbu misalnya.
Juga, bisa memesan tumis-tumisan yang mungkin jarang ditemui.
Sebut saja tumis bunga pepaya, tumis keciwis, atau tumis genjer.
Di sini juga ada berbagai macam jenis sambal, mulai dari sambal dadak terasi, sambal bawang, sambal goang, dan sambal tomat.
Di sektor minuman, Pinusian bisa memesan aneka minuman ‘jadul’, mulai dari bandrek, bajigur, atau es dulang indung yang legendaris.
“Metode penyajiannya jadul banget deh. Misalnya, kita memasak dengan metode dibakar. Pakai hawu gitu masaknya,” terang Irman.
Suasana dan aneka kuliner ini bisa Pinusian nikmati dengan harga yang relatif terjangkau.
Kata Irman, rasanya Pinusian tak perlu merogoh kocek hingga Rp100.000 untuk menjajal suasana Dumuk Bareto.
“Kayaknya sampai Rp100 ribu juga enggak (jika ingin mencoba suasana dan menjajal beberapa menu Dumuk Bareto),” cetusnya.
Karena suasana, kuliner, serta banyaknya spot foto, Irman menyebut, saat ini Dumuk Bareto menjadi tempat favorit emak-emak.
Sejak dibuka pada awal Mei 2024, Dumuk Bareto selalu penuh oleh pengunjung.
Bahkan, di hari-hari tertentu, para pengunjung harus mengantre alias waiting list, mengingat resto ini hanya memiliki kapasitas 200 orang.
“Hal yang bikin kami senang, sekaligus agak tidak enak juga, pengunjung tuh dibilang ‘maaf bu ini kita waiting list’, tapi mereka mau nunggu.”
“Mungkin karena tempat baru, unik, dan spot fotonya banyak. Mungkin di situ daya tarik kami,” beber Irman.
Karena masih seumur jagung, Irman menyebut ke depannya bakal ada banyak inovasi sajian dari Dumuk Bareto.
Namun, secara garis besar, resto ini membawa konsep kuliner tradisional dan nostalgia suasana pedesaan.
“Wargi Bandung dan wisatawan, enggak ada salahnya mampir ke Dumuk Bareto."
"Mari kita bernostalgia sama suasana dan kuliner-kuliner jadul,” ajak Irman. (*)