PINUSI.COM - Banyaknya destinasi kuliner di Jepang, membuat wisatawan ingin mencoba dan mawas terhadap makanannya, apakah sesuai dengan lidah maupun kehalalannya, atau tidak.
Rerata banyak wisatawan yang bingung makanan apa yang harus dihindari atau sering dibilang tidak enak.
Berikut ini 4 makanan terburuk di Jepang versi Taste Atlas:
1. Rice burger
Foto: Pinterest@couple eats food
Burger nasi adalah salah satu produk makanan cepat saji versi Jepang yang paling terkenal di dunia.
Alih-alih roti gandum tradisional, hidangan Jepang ini menggunakan roti beras yang terbuat dari nasi, telur, dan tepung maizena.
Rotinya digoreng atau dipanggang, untuk menghasilkan cangkang kokoh yang menyatukan bahan-bahan lainnya.
Namun, isiannya tidak selalu sama dengan hamburger tradisional, dan dapat terdiri dari berbagai bahan dan hidangan asli dan lokal.
2. Sekihan
Foto Pinterest@widya
Sekihan adalah masakan tradisional Jepang yang hanya terdiri dari dua bahan utama, yaitu beras ketan dan kacang azuki merah.
Hidangan ini memiliki warna kemerahan yang disebabkan oleh cairan masak dari kacang azuki.
Dahulu, warna merah merupakan simbol keberuntungan dan dipercaya dapat menangkal kejahatan.
Saat ini, sekihan biasanya dikonsumsi untuk keberuntungan, dan kebanyakan disajikan pada acara-acara khusus seperti ulang tahun, pernikahan, dan perayaan.
Hidangan ini biasanya disajikan pada okuizome (makanan pertama bayi saat berusia 100 hari), dan shichi-go-san (ritual untuk anak usia 3, 5, dan 7 tahun).
3. Chukadon
Foto: Pinterest/just one cook book
Chūkadon adalah masakan Jepang yang terdiri dari bahan-bahan tumis yang disajikan di atas nasi.
Dipercaya chūkadon berasal dari tahun 1930-an, di sebuah restoran bergaya Cina di Tokyo.
Hidangan ini dapat menggunakan berbagai bahan makanan laut, daging, dan irisan sayuran yang digoreng sebentar dengan saus kedelai kental dan bertepung.
Sederhana dan mudah disiapkan, chūkadon biasanya ditemukan di menu banyak restoran cepat saji Jepang.
4. Natto
Foto: Pexels/makafood
Nattō adalah hidangan Jepang yang tidak biasa, yang terdiri dari kedelai yang difermentasi.
Proses fermentasi memakan waktu lama, namun cukup sederhana, karena hanya menggunakan kedelai yang direndam dan bakteri Bacillus subtilis, yang dikenal di Jepang sebagai nattō-kin.
Produk akhir menghasilkan tekstur unik dari biji kopi keras yang dipadukan dengan benang ketan yang menyatukan biji kopi.
Jika dicampur dengan kuat, hidangan menjadi lebih kental, sehingga menciptakan pengalaman bersantap yang unik.
Karena dihasilkan melalui fermentasi, nattō memiliki bau yang tajam dan khas, sering kali dibandingkan dengan keju yang kuat dan beraroma harum. (*)