PINUSI.COM - Laman Jalur Rempah Kemdikbud mengungkapkan, rempah-rempah dari Maluku yang dikenal seantero dunia, memiliki peran krusial dalam terciptanya rute pelayaran dan perdagangan di masa lampau.
Rempah sebagai komoditas yang begitu diminati pada tahap selanjutnya, membuat beberapa pedagang dari kepulauan penghasil rempah, harus mencari sumber rempah di luar Maluku.
Hal inilah yang membuat wilayah pantai barat Papua didatangi oleh para pedagang rempah dari Kepulauan Maluku.
Mereka menyasar wilayah Fakfak, karena tempat ini diketahui sebagai penghasil pala.
Hal menariknya, rempah pala yang dihasilkan tanah Papua ini memiliki dua jenis.
Jenis pertama merupakan pala yang biasa di Banda Neira, dan jenis kedua adalah pala Fakfak yang memiliki bentuk agak lonjong dan warnanya lebih cokelat.
Selanjutnya yang terjadi adalah kedatangan para pedagang lainnya, mulai dari pedagang Makassar hingga Eropa, ke wilayah Kepulauan Raja Ampat Papua di bagian barat.
Para pedagang tersebut menyalurkan berbagai produk yang tidak dihasilkan di Papua dan daerah kepulauan, seperti alat-alat dari besi maupun bahan-bahan pakaian (tekstil) yang diimpor dari India atau Jawa.
Produk tersebut dibarter dengan berbagai produk laut, seperti teripang, penyu dan masoi, hingga rempah pala.
Semenanjung Onin menjadi bukti nyata akan keterlibatan Papua dalam rute niaga rempah pada abad ke-16 sampai 17.
Hal ini juga yang membuat wilayah ini pada abad ke-17 diakui sebagai hak milik Kesultanan Tidore, dan dinobatkannya beberapa gelar kehormatan bagi raja-raja di sana, sebagai simbol untuk mempertahankan monopoli pajak dan jalur perdagangan.
Interaksi dari perniagaan ini pun sekaligus membangun hubungan sosial antara Papua dengan para pelancong.
Hal paling kentara adalah perkawinan campur di antara penduduk setempat dengan pendatang dari luar wilayah.
A Vesseur menuliskan dalam memori serah terima jabatannya, raja-raja di Semenanjung Onin semuanya berdarah campuran, karena para raja di wilayah itu menikah dengan wanita dari Kepulauan Maluku dan Buton.
Selain tercipta wilayah yang multi etnis, bukti interaksi ini juga bisa ditengok dari peninggalan berupa warisan budaya tak benda, seperti acara Malam Pacar yang masih berlangsung hingga saat ini.
Ritual tersebut diadopsi masyarakat Semenanjung Onin yang beragama Islam dari budaya Arab.
Bukti lain yang masih bisa dirasakan adalah penamaan permukiman berdasarkan etnis.
Di kota-kota pelabuhan Semenanjung Onin, misalnya Fakfak, Kaimana, Kokas, ditemukan Kampung Cina, Kampung Seram, dan Kampung Buton. Ada juga komunitas Arab di wilayah ini.
Inilah alasan mengapa program Jalur Rempah menjadi penting.
Rempah bukan hanya berperan sebagai komoditas, namun juga berpengaruh dalam membentuk suatu wilayah, masyarakat, serta warisan budaya yang masih ada hingga hari ini, seperti yang terjadi di pantai barat dan Raja Ampat Papua. (*)