PINUSI.COM - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menginginkan ekowisata alam Pemancingan Poyotomo di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), mampu menarik wisatawan mancanegara (Wisman) asal Singapura dan Malaysia.
Saat Visitasi Green Tourism Poyotomo di Poyotomo Fishing Park Bintan Buyu, Teluk Bintan, Bintan, Minggu (31/12/2023), Sandiaga mengatakan salah satu fungsi utama pengembangan green tourism adalah sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang memiliki potensi sangat besar, mulai dari segi pendekatan sumber daya lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, serta pengendalian permasalahan polusi udara.
“Wisata alam saat ini paling diminati dengan mengusung konsep green tourism, di mana terdapat tren terbaru pariwisata dan ekonomi kreatif, dengan 63 persen di antaranya menyasar sektor kuliner, dan di atas 50 persen menyasar sektor culture dan adventure."
"Tadi juga ada budaya melayu yang ditampilkan dari daya tarik, dan ini menjadi daya tarik dari taman pancing Poyotomo,” ujarnya.
Sandiaga mengatakan, green tourism merupakan salah satu solusi utama, dan ia berharap konsep ini betul-betul serius dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia.
Kawasan terbuka hijau ini akan didorong di daerah perkotaan maupun di kabupaten, khususnya mengembangkan ruang terbuka hijau dengan penataan yang baik, sehingga selain dapat melestarikan alam, juga merupakan suatu pendekatan energi baru.
“Saya berharap ini menjadi salah satu daya tarik meskipun didominasi wisatawan Nusantara, harapannya lebih banyak wisatawan mancanegara, terutama dari Malaysia dan Singapura yang datang."
"Di sini wisatawan akan menikmati suasana sawah yang sejuk, dan juga bisa menyaksikan langsung panorama memesona hamparan padi dengan view puncak gunung,” tuturnya.
Sandiaga juga menyarankan agar pengelola Poyotomo terus mengembangkan kawasan, untuk merespons banyaknya permintaan yang datang.
Kawasan tersebut memiliki sejumlah potensi wisata. Pertama, wisata edukasi, terutama berkaitan dengan edukasi berbasis flora dan fauna, di sini ada ekosistem alam yang tidak bisa ditemui di Malaysia ataupun Singapura.
“Kedua, yang sangat berkembang adalah korporasi atau wisata berbasis bounding sehingga ada tema-tema korporasi yang bisa diarahkan ke sini, lantaran di sini ada wisata glamping dan camping sehingga bisa dikembangkan,” paparnya. (*)