search:
|
Aktual

Varian Gejala Covid-19 Bertambah, Simak & Kenali Gelagatnya

carrisaeltr/ Senin, 14 Des 2020 16:31 WIB
Varian Gejala Covid-19 Bertambah, Simak & Kenali Gelagatnya

Delirium dan sakit mata menambah daftar panjang gejala terinfeksi Covid-19 (foto: Freepik)



PINUSI.COM - Virus SARS-CoV-2 kian mengganas. Makhluk berukuran 80-120 nanometer ini telah merenggut 1,61 juta jiwa masyarakat dunia. Hingga kini, tercatat ada 72,2 juta kasus positif dengan 47,2 juta orang yang berhasil jadi penyintas. Di dalam negeri, sebanyak 18.819 masyarakat Indonesia meninggal selama didera pandemi Covid-19. Angka kasus juga sudah mencapai 618 ribu, dengan jumlah penyintas sebanyak 506 ribu jiwa.

Dalam perjalanannya, virus ini terus berevolusi dan beradaptasi dengan kondisi inangnya (orang terpapar—red) dan iklim wilayah tempat inang itu bermukim. Gejala yang dialami setiap pasien dapat berbeda-beda, mulai dari gejala umum sampai gejala yang jarang ditemukan. Ada yang hanya mengalami gejala ringan tapi tak sedikit juga mengembangkan gejala berat hingga harus dirawat di rumah sakit.

Sejak pertama kali ditemukan di akhir Desember 2019, para ilmuwan terus mempelajari virus tersebut termasuk gejala yang ditimbulkannya. Sejumlah studi telah dilakukan pada pasien Covid-19 untuk mengenali sejumlah gejala baru yang timbul pada sebagian besar pasien.

Terbaru, pada November lalu, para peneliti menemukan fakta mengejutkan. Diketahui, delirium juga termasuk sebagai salah satu gejala awal infeksi Covid-19, khususnya pada kelompok lansia. Selain itu, sakit mata juga menambah daftar terbaru gejala Covid-19. Hal ini berdasarkan beberapa studi yang menemukan kaitan antara kondisi mata dan infeksi Covid-19.

Studi yang dimuat dalam jurnal BMJ Open Ophthalmology menemukan sakit mata lebih umum terjadi ketika pasien mengidap Covid-19 dan sebelum tertular. Peneliti membagikan kuesioner kepada 83 responden, menanyakan seberapa sering gejala Covid-19 sakit mata terjadi. Sekitar 18 persen orang yang terlibat dalam penelitian melaporkan fotofobia (sensitivitas cahaya) sebagai salah satu gejalanya.

Apa Itu Delirium?

Studi dalam Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy mempelajari kaitan delirium sebagai gejala Covid-19 dengan kinerja otak sebagai sistem saraf pusat. Para peneliti menemukan adanya indikasi bahwa Covid-19 juga memengaruhi sistem saraf pusat dan mengakibatkan perubahan neurokognitif, seperti sakit kepala dan delirium.

Delirium adalah gangguan serius pada kemampuan mental yang mengakibatkan kebingungan dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan. Gejala awal delirium biasanya berkembang cepat - dalam beberapa jam atau beberapa hari.

Delirium seringkali dapat dilacak ke satu atau lebih faktor yang berkontribusi, seperti penyakit yang parah atau kronis, perubahan keseimbangan metabolik (seperti natrium rendah), pengobatan, infeksi, pembedahan, atau keracunan. Karena gejala delirium dan demensia bisa serupa, masukan dari anggota keluarga atau perawat penting bagi dokter untuk membuat diagnosis yang akurat.

Tanda dan gejala delirium biasanya dimulai dalam beberapa jam atau beberapa hari. Gejala delirium sering berfluktuasi sepanjang hari, dan mungkin ada periode tanpa gejala. Gejala delirium cenderung menjadi lebih buruk pada malam hari saat gelap dan segala sesuatunya tampak kurang familiar. Berikut gejalanya:

·       Sulit fokus dan mudah teralihkan

·       Suka melamun dan lambat bereaksi

·       Daya ingat menurun

·       Kesulitan berbicara

·       Berhalusinasi

·       Mudah tersinggung dan mood berubah mendadak

·       Sering gelisah

·       Kebiasaan tidur berubah.

Para dokter pun mengingatkan bahwa kondisi ini bisa memicu gangguan otak bahkan mengganggu kondisi mental penderitanya. "Delirium adalah keadaan kebingungan di mana seseorang merasa tidak terhubung dengan kenyataan, seolah sedang bermimpi," kata Javier Correa, peneliti dari University of Catalonia (UOC).

Sementara itu, Times of India melansir, Anosmia juga termasuk dalam daftar gelaja baru infeksi Covid-19. Anosmia atau hilangnya penciuman menjadi salah satu gejala anyar infeksi Covid-19. Anosmia adalah situasi di mana pasien sulit mengenali bau dan berlangsung selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Gejala ini juga membuat pasien sulit merasakan makanan normal sehingga mereka sering frustasi.

Namun, beberapa ahli percaya bahwa anosmia menjadi salah satu gejala Covid-19 yang tidak berbahaya dan merupakan pertanda baik dari infeksi. Selain itu, dokter-dokter di India mengungkapkan, pasien yang terinfeksi sedang hingga parah dan membutuhkan perawatan ICU jarang sekali mengalami gejala Covid-19 Covid-19 berupa anosmia.

Ragam Gejala Covid-19

Seperti yang diketahui, setiap pasien bisa mengembangkan gejala yang berbeda. Beberapa bahkan dilaporkan tidak mengalami gejala sama sekali. Maka dari itu penting untuk mengenal bentuk gejalanya, agar bisa mengantisipasi paparan Covid-19. Berikut daftar gejala umum dan tidak umum Covid-19 yang diterbitkan laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Gejala paling umum:

·       Demam

·       Batuk kering

·       Kelelahan

Gejala tidak biasa:

·       Nyeri otot

·       Sakit tenggorokan

·       Diare

·       Konjungtivitas atau peradangan mata

·       Sakit kepala

·       Anosmia

·       Ruam pada kulit atau perubahan warna jari tangan dan kaki

·       Gejala berat dan serius:

·       Sesak napas

·       Nyeri dada

·       Kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak (*)



Editor: Cipto Aldi
Penulis: carrisaeltr

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook