search:
|
PinNews

Ubedilah Badrun Nilai Dirty Vote Tanda Kegelisahan Kolektif Masyarakat

Yohanes A.K. Corebima/ Selasa, 13 Feb 2024 18:30 WIB
Ubedilah Badrun Nilai Dirty Vote Tanda Kegelisahan Kolektif Masyarakat

Ubedilah Badrun mengatakan, indikasi kecurangan Pemilu 2024 yang diungkap dalam Dirty Vote, bukan sesuatu yang mengada-ada. Foto: Istimewa


PINUSI.COM - Ubedilah Badrun, pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), menilai film dokumenter Dirty Vote merupakan tanda kegelisahan kolektif yang dirasakan berbagai kalangan masyarakat. 


Dia mengatakan, indikasi kecurangan Pemilu 2024 yang diungkap dalam dokumenter itu bukan sesuatu yang mengada-ada.


Menurutnya, kekhawatiran soal cara licik dan akal-akalan pihak tertentu untuk mencurangi hajatan politik lima tahun itu, benar adanya. 


Buktinya, sebelum film garapan jurnalis investigasi Dandhy Dwi Laksono itu dirilis via saluran Youtube pada 11 Februari 2024, sudah banyak akademis serta kelompok masyarakat yang menyuarakan indikasi kecurangan Pemilu 2024. 


"Ini kegelisahan kolektif kaum cendekiawan maupun kegelisahan masyarakat secara umum," kata Ubedilah saat dikonfirmasi, Selasa (13/2/2024).


Dirty Vote menuai polemik. Banyak pihak yang merasa film tersebut hanya berisi asumsi yang tak dapat dipertanggungjawabkan, dan cenderung memojokkan pihak tertentu. Salah satu pihak protes adalah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran. 


Terkait itu, Ubedilah menegaskan Dirty Vote bukan karya abal-abal, sebab pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini bukan orang sembarangan, mereka adalah akademisi yang kredibel, dan punya bukti mumpuni. 


"Jadi secara akademik film dokumenter Dirty Vote ini dapat dipertanggungjawabkan,” tegasnya. 


Menurut Ubedilah, apabila dokumenter ini dibikin secara serampangan untuk menyerang satu pihak saja, maka animo masyarakat untuk menonton film itu jelas rendah, namun buktinya, saat ini dokumenter itu sudah ditonton jutaan rakyat Indonesia. 


"Sehingga mereka mau nonton untuk semacam melakukan konfirmasi dan mendalami seberapa jahat sebuah kekuasaan yang mengabaikan kejujuran, mengabaikan hal-hal etis, dan melabrak serta memanipulasi hukum dalam proses elektoral," paparnya. (*) 



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: Yohanes A.K. Corebima

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook