PINUSI.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya memanfaatkan peluang dengan menggunakan perencanaan, visi, dan strategi besar yang taktis, untuk mencapai Indonesia Emas pada 2045.
Hal itu disampaikan Jokowi saat meluncurkan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 di Djakarta Theater, Kamis (15/6/2023).
“Kita harus bekerja keras memanfaatkan peluang ini. Kita harus punya perencanaan taktis, bukan perencanaan, tapi perencanaan taktis, visinya juga visi taktis."
BACA LAINNYA: Diperiksa KPK Terkait Dugaan Korupsi di Kementerian Pertanian, SYL Janji Kooperatif
"Punya strategi juga yang taktis, karena kita berkompetisi dengan negara lain. Punya strategi besar tapi strategi taktis,” ucap Jokowi, dikutip dari laman Sekretariat Negara, Senin (19/6/23).
Jokowi menuturkan, peluang yang ia maksud adalah bonus demografi yang akan dialami oleh Indonesia pada 2030-an.
Peluang yang hanya terjadi satu kali dalam setiap peradaban negara tersebut, harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi bencana.
BACA LAINNYA: Didemo Warga, Pengikut Panji Gumilang Malah Nyanyi Shalom Aleichem
"Di sebuah negara di Afrika di 2015 juga mendapatkan bonus demografi, tapi dalam 7 tahun justru yang terjadi pengangguran melonjak menjadi 33,6 persen."
"Saya tidak usah sebut negaranya mana, tapi saya yakin Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudara tahu, dan kita tidak ingin terjadi seperti itu,” tutur Jokowi.
Jokowi juga menyampaikan, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi lima besar ekonomi dunia. Jokowi menyebut, meskipun perhitungan angkanya sudah ada, tantangannya tidak mudah.
Jokowi juga mengatakan, Indonesia harus terus meningkatkan pendapatan nasional bruto (PNB) atau gross national income (GNC), dan menurunkan tingkat kemiskinan untuk menuju visi Indonesia Emas 2045.
"Perkiraan kita (PNB) di tahun Indonesia Emas 2045 itu berada di angka US$23.000 sampai US$30.300 per kapita. Itu lompatannya."
"Tingkat kemiskinan sekarang ini meskipun sudah single digit, yaitu di angka 9,57 persen, tapi ini masih tetap angka itu kita harus sampaikan masih tinggi, dan di tahun 2045 diperkirakan di 0,5 sampai 0,8 persen,” bebernya. (*)
Editor: Yaspen Martinus