PINUSI.COM - Babak baru Tunas Muda dengan melahirkan album kedua masih berjalan secara linier, yakni merangkum peristiwa-peristiwa sederhana yang pada umumnya dilalui banyak orang, Jumat (17/02/2023).
BACA LAINNYA: Sri Mulyani Blokir Anggaran Kementerian Hingga Rp 50,2 Triliun, Untuk Apa?
Dengan single bertajuk "Pigura" dan potongan lirik "Rindu tak selalu berujung temu" memberikan interpretasi bahwa dirinya masih berkelut tentang hal-hal yang terjadi disekitarnya, tak jauh dari hal itu bahwa hubungan antar jejaring di dunia nyata atau maya dapat dirangkum dengan manis dalam alunan sederhana.
Yudha Bakti Permana atau dikenal nama panggung Tunas Muda, saat ini tengah fokus menggarap album keduanya. Salah satu lagu yang ia ciptakan yakni "Pigura"
BACA LAINNYA: SAH! DPR dan Kemenag Sepakati Biaya Haji 2023 Rp 49,8 Juta
Saat ditemui Tim PINUSI.COM, Yudha atau Tunas Muda menjelaskan pada album kedua ini masih berkutat dengan hal-hal sederhana disekitarnya.
Namun Yudha mengatakan album kedua tersebut belum disematkan judul olehnya, karena hal itu menjadi nomor sekian baginya.
"Belum kepikiran sih sebenarnya, tapi sebagian besar tema-tema yang diambil di album kedua ini masih berkutat dengan sekitar ya dan ga yg ribet ribet gitu kali ya haha," ucap Yudha.
Lebih lanjut, pada lantunan lirik salah satu lagu yg diberi judul "Pigura" terdapat potongan lirik "Rindu tak selalu berujung temu".
Tunas Muda mengatakan lagu tersebut dibuat bukan perihal dirinya terhadap pasangan ataupun seseorang perempuan, melainkan ungkapan rindu dari hal-hal kecil yg pernah dilalui bersama teman-temannya.
"Iya, lagi kangen aja sama temen-temen dulu. Tapi kan kita enggak bisa paksain ya untuk mereka bisa duduk bareng lagi. Makanya disitu ada lirik 'rindu tak selalu berujung temu, doa-doa ku sematkan lewat lagu, penuh cinta untukmu'. Kalo memang udah sulit buat menemukan titik temu ya kita cuma bisa saling doa, toh kita menyadari hidup itu kan perjalanan yaa dan setiap pundak punya beban dan tanggung jawab yang kita sendiri tak saling tahu, jadi cukup mengerti dan sama-sama saling memahami" ujarnya.
Pria kelahiran Bogor ini juga menegaskan bahwa pada album ini masih fokus terhadap dirinya bukan perihal percintaan terhadap pasangan. Serta lirik yang disampaikan masih linier dengan album pertama yakni berkaitan dengan tema tema kedamaian, cinta dan kasih sayang.
"Untuk nulis tentang asmara kayanya rada mampet deh haha Belum kali ya, bukannya enggak mau mungkin belum. Dan memang gabisa nyiptain juga, karena sejauh ini ga ada satupun yang dicipta semua terangkum begitu aja dari apa yang ketangkep lewat 5 indera dan mengalir begitu aja" tutur Yudha.
"Kalau nanti memasuki fase itu mungkin akan menulis perihal itu, tetapi hari ini kayanya belum. Ada skala priority kali yaa atau memang ini mungkin fase yg belum dapet aja momennya. Saat ini cuma kepikiran nulis yang begini-begini aja, juga mungkin menjadi perwakilan dari perasaan seseorang yang seusia dengan aku mungkin yaa, makanya temen-temen apresiasinya biasanya bilang bahwa lagunya relate nih sama gue gitu haha padahal nulisnya ga ada tujuan sindir-sindiran," tambahnya.
Namun dengan begitu, dia ungkapkan tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada perubahan pada lirik lirik yang ditulis.
Karena kehidupan yang dinamis tidak menutup seorang Tunas Muda untuk lebih berdamai dengan keadaan terhadap kepenulisannya.
"Pasti, karena kan hidup ini dinamis yaa, makanya aku tuh jarang dan bahkan ga berani mengkritisi karya-karya orang yang mungkin sebagian orang berpendapat udah ga tajem lagi nih liriknya, mungkin bukan ga tajem kali yaa, bisa aja maqom pemikiran kita aja yg belum sampai untuk menafsirkan segala maksud dalam lirik-lirik di dalamnya," tegasnya
"Karena lagi-lagi hidup kan berjalan, dan perubahan itu pasti ada orang yang memang betul-betul menulis dengan hatinya pasti tidak akan memaksakan tulisannya untuk melawan kehendak hatinya atau memaksakan menulis sesuatu hanya untuk diterima oleh era saat itu. Sampai saat ini aku masih yakin setiap karya akan punya era dan jodoh dari hati dan telinganya masing-masing," tambah Yudha.
Berangkat dari fundamental yang terbentuk dari akar yang tak lain adalah Punk hingga membuat diri seorang Tunas Muda cukup sejajar dengan para penikmat karya-karyanya. Hal tersebut tergambar saat dirinya memberikan ruang terhadap penonton baik menyanyi bersama ataupula berdiskusi.
"Enggak ada space (antara aku dan penonton), masih tetap sama enggak ada batasan kok, toh kita masih sama-sama manusia haha. Tetapi kalau tuntutan misalnya diberikan ruang khusus dll, itu kan bagian dari produksi sebuah event dan aku menghargai penyelenggara juga," tuturnya.
Pelantun lagu "Senandung Kasih" ini mulai menyebar namanya di kalangan mahasiswa, bahkan pesan sederhana yang disampaikan melalui lagu mulai memasuki ruang ruang diskusi.
Sehingga hal ini menurut Tunas Muda menjadi sebuah bayaran yang sungguh tidak ternilai.
"Itu bayaran buat aku sih, bayaran yang enggak ternilai. Keberhasilan dari sebuah karya menurut aku saat ada seseorang menyanyikan laguku, tapi enggak tau aku siapa" tandasnya.
Editor : Cipto Aldi