PINUSI.COM - Maria Regina Jaga, alumnus beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), menolak gaji besar dari salah satu kantor di Amerika Serikat, demi fokus memajukan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Maria mengatakan, negara mempercayakan para penerima beasiswa LPDP untuk bersekolah di luar negeri, dengan banyak harapan dan kepercayaan agar Indonesia menuju perubahan lebih baik.
"Jika negara mempercayakanmu dengan harapan-harapan baik itu, kembalilah."
"Setidaknya itu janjimu yang kamu patrikan sebagai pejuang beasiswa."
"Jangan patah semangat dalam juangmu, karena kamu pasti bisa."
"Kerjakan sekuat doa-doamu dan kamu pasti bisa untuk keluargamu, nusamu dan bangsamu Indonesia," tuturnya.
Ia juga menyampaikan, para penerima beasiswa LPDP ini adalah calon yang diharapkan bagi perubahan Indonesia lebih baik.
Maria tidak tergiur dengan gaji yang fantastis dari salah satu perusahaan di Amerika Serikat.
Ia justru memilih mengembangkan ide-idenya di tanah kelahiran, agar Nusa Tengggara Timur (NTT) lebih maju dari segi pendidikan.
"Saya baru benar-benar belajar, apabila ilmu yang saya pakai itu saya bawa pulang, dan saya jadikan sebagai solusi atas problem yang ada di daerah saya," ujarnya.
Perempuan yang akrab disapa Inja itu, kini bekerja sebagai dosen di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Ia merupakam lulusan Auburn University, Amerika Serikat dengan spesifikasi Early Childhood Education, yakni mengurus secara spesifik tentang bagaimana penerapan pembelajaran yang cocok bagi usia dini.
"Ilmu saya akan mati jika hanya dipakai sendiri."
"Segala sesuatu mungkin dianggap biasa-biasa saja di luar negeri, akan menjadi sangat luar biasa bagi orang yang membutuhkan."
"Jadi saya harus pulang," ucapnya.
Inja juga menjadi penggiat pendidikan luar sekolah dan pendidikan anak usia dini, di mana ia aktif sebagai tutor pengajar kejar atau kelompok belajar paket A, paket B serta paket C, menggunakan permainan tradisional sebagai media belajar.
Kepekaan Inja muncul saat melihat fenomena yang terjadi pada anak-anak di kawasan tambang yang putus sekolah karena kondisi perekonomian keluarganya, sehingga harus terpaksa bekerja pada usia dini.
Inja pun berinisiatif menerapkan permainan tradisional Siki Doka sebagai media belajar Bahasa Inggris, dengan memperkenalkan kosa kata di dalamnya, sehingga mempermudah anak-anak mengenali pelajaran.
Inja pun berpesan kepada generasi muda untuk terus berjuang dan menentukan arah bangsa, dengan cara jangan berhenti belajar dan jangan berhenti berusaha.
"Berusahalah dan doakan. Itu pasti akan ada jalannya,” tegasnya. (*)