PINUSI.COM - Pada debat kedua calon wakil presiden yang membahas pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa, Mahfud MD mengatakan laut di Indonesia tercemar limbah.
"Laut kita berlimbah, udara kita meracuni paru-paru."
"Investor masuk, industrialisasi terjadi. Lingkungan rusak, rakyat menderita," kata Mahfud MD.
Hal tersebut ternyata memang benar adanya. Dikutip dari Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), laut Indonesia masuk kategori tercemar.
Salah satu permasalahan limbah yang dikhawatirkan negara di dunia adalah sampah plastik, termasuk Indonesia sendiri.
Pada 2022, sekitar 398 juta ton sampah plastik mencemari laut Indonesia.
Namun, sampah plastik tersebut akumulasi dari 2018.
Koordinator Sensus Sampah Plastik Badan Riset Urusan Sungai (BRUIN) M Kholid mengatakan, permasalahan sampah plastik ini harus ditangani serius.
Namun, ia juga optimis sampah plastik ini dapat diatasi, karena BRUIN telah melakukan Sensus Sampah Plastik pada 64 titik yang tersebar di 28 kabupaten/kota di 13 provinsi.
Kegiatan brand audit berhasil mengumpulkan 25.733 sampah plastik, yang didominasi kemasan plastik.
Extended Producer Responsibility (EPR) atau tanggung jawab produsen, juga menjadi isu penting dalam wujudkan ekonomi hijau di Indonesia.
EPR merupakan program yang bertujuan mendorong produsen bertanggung jawab atas dampak lingkungan dari produk di seluruh rantai produk, dari mulai desain sampai pembuangan produk oleh konsumen.
"Sangat penting untuk menjalankan ekonomi hijau. Dengan menjalankan EPR, produsen harus mengurangi dan mengumpulkan kembali sampah industri, mengakselerasi model pengeloaan sampah untuk negeri," tutur Kholid. (*)