PINUSI.COM - Dewan Pakar Timnas AMIN menilai, paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menyampaikan dengan baik program transisi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam debat cawapres.
Suryadharma Ali, Dewan Pakar Timnas AMIN mengatakan, paslon lainnya tidak menyampaikan secara jelas tentang komitmen dan program transisi energi bersih.
Sementara, Muhaimin Iskandar menyampaikan kritik atas penurunan target EBT, dari 23% menjadi 17% pada 2024.
"Iklim dan transisi energi ternyata tidak banyak diungkap capres-cawapres."
"Paslon nomor urut 1 sangat clear soal komitmen meningkatkan bauran energi bersih."
"Pasalnya, ekonomi dunia terdampak akibat krisis energi."
"Indonesia dalam konteks itu memang agak memprihatinkan dari sisi pengelolaan SDA (sumber daya alam), ada miss-management karena sumber daya alam yang harusnya meningkatkan pemerataan."
"Tetapi faktanya, setelah dieksploitasi yang tersisa hanya kemiskinan masyarakat setempat," ujar Suryadharma dalam konferensi pers Dewan Pakar Timnas AMIN terkait performa debat cawapres, Rabu (24/1/2024).
Dia menambahkan, selain revisi penurunan target EBT, realisasi hingga saat ini juga masih rendah, yaitu sekitar 12%.
"Sementara konsentrasi AMIN adalah energi bersih dan harus berkeadilan."
"Ini mensyaratkan kepemimpinan eksekutif yang paham dan mau, hanya AMIN yang punya political will dan action melalui rekam jejak Anies di Jakarta, seperti melalui PLTS Pulau Sebira," tuturnya.
Kemudian, katanya, dari sisi bahan bakar minyak (BBM), Indonesia masih menghadapi defisit, karena produksi (lifting) minyak hanya kisaran 600.000 barel per hari (bph) jauh dari kebutuhan 1,6 juta bph.
Padahal, Indonesia pernah mencapai produksi minyak hingga 1,6 juta bph.
Akhirnya, menurut Suryadharma, untuk memenuhi kekurangan itu, Indonesia harus mengimpor minyak setiap tahun.
Dia menilai, impor minyak telah menyebabkan perekonomian dalam negeri makin tertekan karena menyedot devisa.
Demikian juga nilai rupiah terhadap dolar AS yang sulit menguat, karena impor yang membutuhkan dolar dalam jumlah besar.
"Pengelolaan energi sekarang perlu restrukturisasi dan reformasi, karena dunia sekarang dalam proses net zero emission 2050."
"Harus dilakukan berbagai upaya. Sekarang yang terjadi sangat jauh dari harapan [untuk mencapai bebas emisi karbon]," ujarnya.
Suryadharma juga mengkritik UU Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) yang mengusik rasa keadilan, seperti pajak nol rupiah.
"Timnas AMIN berkomitmen untuk mendorong transisi energi, karena energi fosil pasti akan habis."
"Sektor EBT juga akan meningkatkan green job."
"Pada 2050 semua energi dunia 70% adalah EBT. Bagaimana menuju ke sana, bermacam cara. Transisi energi ini perlu dijalankan, butuh leadership," bebernya. (*)