PINUSI.COM - Sebanyak 45 perusahaan di Jerman menerapkan kebijakan empat hari kerja tanpa pengurangan gaji.
Masa uji coba ini dimulai sejak 1 Februari 2024 hingga Juli 2024.
Penerapan yang dikembangkan oleh lembaga konsultan Intraprenor bekerja sama dengan organisasi 4 Day Week Global Week Global (4DWG) ini, diyakini akan menambah produktivitas para pegawai.
Organisasi 4 Day Week Global (4DWG) mengatakan, konsep empat hari kerja sudah diterapkan di berbagai negara, mulai dari Afrika Selatan, Inggris, Amerika Serikat, Irlandia, hingga Australia.
Setidaknya 500 perusahaan sudah memberlakukan sistem empat hari kerja ini, dan hasilnya positif, pegawai cenderung bekerja lebih efektif dan efisien dengan waktu yang cukup pendek tersebut.
Sebelumnya, sekitar 2.900 orang pegawai di Inggris terlibat penelitian, mulai dari sektor teknologi, keuangan, konstruksi, studio animasi, toko online, kedai makanan, dan marketing.
Para peniliti dari Universitas Boston dan Cambridge mengungkapkan, dengan kebijakan ini juga, kasus absen karena sakit berkurang hampir 30 persen, dan 40 persen pegawai mengaku stres saat bekerja selama 5 hari.
Selain itu, kasus pengunduran karyawan atau resign juga berkurang sebanyak 57 persen, bahkan para peneliti juga mengatakan kenaikan omset perusahaan yang menerapkan kebijakan ini mengalami eskalasi sebesar 1,4 persen.
Sebanyak 56 dari 61 perusahaan tercatat akan meneruskan regulasi ini setelah berakhirnya uji coba.
Sehingga, dengan keberhasilan Inggris dalam menerapkan ini, membuat Jerman terinspirasi melakukan hal yang sama.
Peneliti asal Jerman Hans Bocker Stiftung mengatakan, tiga perempat pegawai profesional mendukung pengurangan jam kerja ini, dan hanya 17 persen responden lainnya kontradiktif.
Sementara, peneliti pasar tenaga kerja Enzo Weber dari Universitas Regensburg mengatakan, hampir semua perusahaan sudah menerapkan konsep tersebut, sehingga tidak mencerminkan secara keseluruhan perekonomian perusahaan.
Selain itu, dengan pengurangan hari kerja, justru beban semakin bertambah, karena perusahaan akan meminta para pegawai meningkatkan intensitas kerja.
Jadi fenomena ini memungkinkan menjadi masalah baru atau kontraproduktif, di mana perusahaan akan mengabaikan elemen sosial para pegawai, komunikasi, hingga kreativitas para pegawai tersebut.
"Dampaknya tidak akan dirasakan dalam waktu dekat oleh perusahaan, melainkan jangka menengah," kata Enzo.
Ekonom dari Institut Perekonomian Jerman Holger Schafer mengatakan, empat hari kerja memicu masalah baru, dan perusahaan akan mengalami defisit kapasitas produksi.
"Apa yang terlihat masuk akal dalam konteks bisnis tertentu, akan kehilangan relevansi dalam sudut pandang ekonomi yang lebih luas."
"Artinya, jika semua perusahaan memangkas jam kerja, hasilnya defisit kapasitas produksi," ulas Holger Schafer. (*)