PINUSI.COM - Survei Indikator Politik Indonesia baru-baru ini menunjukan eskalasi kepercayaan publik terhadap Jokowi menurun, usai kenaikan harga beras.
Sebelumnya, kepercayaan publik terhadap Presiden Jokowi sekitar 78,6 persen, namun menurun usai pemilu, menjadi 76,6 persen.
Peneliti utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menuturkan, kepercayaan publik menurun karena beberapa faktor, mulai dari keadaan ekonomi nasional hingga penegakan hukum.
"Lebih banyak di antara responden yang mengatakan kondisi ekonomi nasional itu buruk atau sangat buruk, ketimbang yang mengatakan baik atau sangat baik," tuturnya.
Menurutnya, survei terbaru pasca-pemilu, banyak responden yang mengatakan positif pada kondisi ekonomi nasional dibandingkan survei sebelumnya.
"Survei setelah pemilu dilakukan, kita temukan mereka yang mengatakan ekonomi nasional buruk itu lebih banyak," ucapnya.
Burhanuddin juga mengatakan, persepsi ekonomi nasional menjadi faktor yang menentukan kepercayaan publik.
Kata dia, salah satu faktor jawaban responden menjawab kondisi ekonomi buruk, adalah kenaikan harga beras.
"Jadi kita saksikan dalam beberapa minggu terakhir justru ada peningkatan persepsi negatif, terutama karena kelangkaan harga beras dan peningkatan harga beras," kata Burhanuddin.
Sehingga, ini menjadi masukan untuk pemerintah, untuk kembali menaikkan tingkat kepercayaan publik kepada Jokowi yang ingin mengakhiri masa jabatannnya. Sebab, saat ini tren kepercayaan publik sedang menurun.
"Ada 76,6% masyarakat yang puas terhadap kinerja Presiden Jokowi hari ini."
"Kalau kita lihat trennya ada penurunan itu, dari 78,6% survei telepon kami sebelum pemilu, sekarang jadi 76,6%. Turun kurang lebih 2%," paparnya. (*)