PINUSI.COM - Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) mengomentari pengelolaan beras di Indonesia.
Thomas Trikasih Lembong, Co Captain Timnas AMIN, mengatakan pengelolaan beras saat ini sangat kacau, dan buktinya adalah kelangkaan beras di masyarakat.
Pria yang akrab disapa Tom Lembong ini menilai, kurangnya pengelolaan beras disebabkan oleh kebijakan bantuan sosial (bansos) yang dicanangkan oleh pemerintah menjelang Pemilu 2024.
"Kondisi pasar beras di Indonesia itu lagi kacau balau, dan itu kalau saya menanggapi secara teknokratis, secara profesional, hampir pasti ada kaitannya dengan kebijakan yang diambil di saat-saat di bulan-bulan pemilu terkait bansos," kata Tom di Rumah Koalisi Perubahan, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2024).
Tom Lembong menuduh kebijakan bantuan sosial pra-pemilu, menghabiskan 1,3 juta ton persediaan beras pemerintah.
"Ada indikasi bahwa kebijakan bansos yang ditempuh itu menguras stok Bulog sampai 1,3 juta ton, itu angka yang sangat signifikan," beber Tom.
Pemerintah memberikan bantuan beras sebanyak 10 kilogram per bulan kepada 22 juta rumah tangga di Indonesia.
Bantuan ini sudah berjalan sejak akhir tahun lalu, dan telah diperpanjang hingga Juni tahun depan.
Sementara, Kantor Staf Presiden (KSP) membantah pernyataan Tom Lembong.
Eddie Priyono, Kepala Staf Presiden Bidang Ekonomi, menegaskan tidak benar bantuan pangan menguras cadangan pemerintah.
Ajudan Presiden Priyono menyatakan, cadangan beras pemerintah di Bulog masih mencukupi, yaitu 1,4 juta ton.
"Tidak benar cadangan beras pemerintah terkuras akibat bansos."
"CBP di Bulog masih kuat, sekitar 1,4 juta ton," beber Edy kepada wartawan, Rabu (28/2/2024).
Edy menyatakan, sejauh ini tidak ada kelangkaan beras di pasar.
Ia mengatakan beras tersedia, terutama di pasar-pasar tradisional dan warung-warung kecil.
Namun, ia mengakui harga-harga saat ini sedang tinggi.
"Cek saja kalau tidak percaya."
"Yang masalah harganya lebih mahal daripada sebelumnya," ucap Edy.
Jadi mengapa harga beras tetap tinggi? Edy menjelaskan, karena adanya pengurangan produksi yang disebabkan oleh El Nino.
Setidaknya dari Januari hingga Februari, produksi beras sangat rendah.
"Perhitungan Kementan dan Badan Pangan Nasional Januari-Februari kita defisit."
"Produksi lebih kecil daripada kebutuhan."
"Produksi saat ini lebih rendah daripada biasanya, karena musim tanam mundur akibat El Nino tahun lalu."
"Ada juga yang mengalami gagal tanam," terangnya.
Edy juga menjelaskan, biaya produksi petani meningkat, yang pada akhirnya meningkatkan harga gabah yang dihasilkan.
"Jika harga gabah naik, maka harga beras pun ikut naik. Biaya produksi di tingkat petani meningkat," paparnya. (*)