PINUSI.COM - Lanny Gumulya Kartadinata, mantan atlet nasional cabang akuatik loncat indah, meninggal dunia.
Atlet nasional di era Presiden Soekarno itu, wafat di usian 80 tahun.
"Mama menutup mata di usia 80 tahun pada Hari Kamis tanggal 29 Februari 2024 pukul 21:04 WIB," kata Melanie Kartadinata, putri almarhum, pada acara ibadah penutupan peti, di Jakarta Utara, Minggu (3/3/2024).
Lanny Gumulya merupakan atlet wanita keturunan Tionghoa.
Ia menjadi legenda di dunia olahraga, karena merupakan atlet pertama yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah event olahraga terbesar se-Asia, yakni Asian Games ke-IV pada 1962, dan meraih medali emas.
Lanny meninggal tidak dalam keadaan sakit seperti yang umumnya terjadi pada para lansia.
"Kami sekeluarga kaget karena mama meninggal dunia justru dalam keadaan kondisi sehat walalfiat."
"Kronologinya beliau lagi mau buang air besar, ketika lagi duduk agak ngeden sedikit, lalu kemudian tidak sadarkan diri dan langsung meninggal dunia."
"Jadi sebelum meninggal, mama sudah membersihkan muka dan giginya, kukunya juga sudah digunting."
"Wajahnya mama sudah cantik sekali. Dan beliau juga masih menjalankan rutinitas seperti biasanya di rumah, enggak ada mengeluhkan sakit apa-apa kepada kami anak-anaknya," tutur Junitha dan Melissa Kartadinata, putri almarhum.
Lanny Gumulya pernah dipercaya membawa obor pada pembukaan Asian Games ke-18 pada 2018 silam di SUGBK, Jakarta.
Di mata anak-anaknya, ia adalah sosok ibu yang sederhana. Totalitas Lanny sebagai atlet loncat indah, membuat semua anggota keluarganya berkesan.
"Ada banyak hal yang berkesan dari sosok mama buat kami semua, namun yang paling berkesan untuk aku ya mama tuh orangnya sederhana banget, karena memang dia kan dari latar belakang yang orang sederhana juga dari Solo, dan ketika dia masuk asrama atlet ya sederhana juga."
"Mama adalah orang yang selalu berjuang dan tidak pernah ada kata menyerah, coba lagi dan terus coba lagi."
"Sehingga pada waktu beliau dilatih di zamannya Bung Karno, yang ada di otaknya dia cuma harumkan nama bangsa, walaupun tanpa dapat uang atau apa ya."
"Tapi ya zaman dulu kan begitu ya, harumkan nama Bangsa Indonesia, NKRI harga mati."
"Sebagaimana atlet, hidupnya mama enggak jauh-jauh dari GBK."
"Kalau udah ada acara undangan di GBK renang atau apa pun, pasti dia datang dan selalu memberikan semangat kepada atlet-atlet muda, terutama di cabang renang, khususnya loncat indah dengan selalu mengatakan kamu pasti bisa," kenang Margareth Kartadinata.
Kepergian Lanny Gumulya meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga besar yang terdiri dari 6 anak menantu, 13 cucu, dan 1 cicit ini.
Jenazah Lanny dikremasi lalu abunya dilarung ke laut
"Satu hari sebelum mama meninggal, dia bilang sama saya kalau meninggal tolong dikremasi aja dan abunya dijadikan satu sama papa, dan langsung dilarung ke laut."
"Pada saat itu saya enggak tahu kalau keesokan harinya mama akan meninggal dunia," beber Junitha. (*)