PINUSI.COM - Ikrar Nusa Bhakti, pengamat politik, turut menyoroti lonjakan perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Ikrar merasa ganjil dengan kenaikan suara PSI yang melejit dalam waktu singkat.
Untuk itu, dia meminta masyarakat bersama-sama mengawasi rekapitulasi yang sedang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurut Ikrar, apabila proses rekapitulasi suara itu tak diawasi, maka bukan sebuah kemustahilan jika perolehan suara PSI bisa tembus 4 persen dan berhak melenggang ke Senayan.
Seperti kebanyakan orang, Ikrar juga curiga ada permainan dibalik lonjakan suara PSI yang terjadi saat ini.
"Harus ditilik bagaimana suara itu masuk melalui C1 Plano. Ini kalau tidak kita kritisi dan kawal bersama," kata Ikrar kepada wartawan, Selasa (5/3/2024).
Suara PSI saat ini sudah mencapai 13,3 persen, itu artinya partai politik itu sudah hampir sampai pada ambang batas parlemen sebesar 4 persen, padahal beberapa hari sebelumnya, suara PSI terseok-seok di papan bawah.
Ikrar mengatakan, apabila rekapitulasi tak diawasi dan PSI berhasil tembus Senayan, maka kemungkinan besar partai politik ini bakal mendorong ketua umumnya, Kaesang Pangarep, maju pada pilkada serentak tahun ini.
"Kalau PSI berhasil masuk Senayan, maka, bukan mustahil Kaesang maju sebagai kepala daerah," imbuhnya.
Ikrar lantas menyoroti putusan Mahkama Konstitusi (MK) terkait Pilkada serentak 2024.
Dia berharap putusan pilkada serentak yang digelar pada November mendatang, tak diutak-atik kekuatan tertentu.
Sebab, kabarnya Presiden Joko Widodo sempat mengajukan revisi jadwal pilkada.
Kepala negara meminta pilkada dimajukan pada September 2024 dengan berbagai alasan.
Ikrar menduga, Jokowi masih punya agenda lain pada pilkada tahun ini, yakni memenangkan Kaesang menjadi kepala daerah.
"Kita lihat nanti, pilkada dimajukan ke September, bukan November."
"Kalau itu terjadi, bukan mustahil Pak Jokowi memiliki kepentingan di situ."
"Lagi-lagi ada anggota keluarganya yang ikut pilkada. Kalau PSI berhasil masuk senayan, Kaesang tidak mustahil maju sebagai pemimpin daerah,” ulasnya.
Ikrar mengatakan, langkah Jokowi melibatkan keluarganya di dunia politik tidak berhenti pada Gibran Rakabuming Raka, yang diantar sampai panggung pilpres, namun langkah serupa disinyalir masih terus dipakai Jokowi untuk anggota keluarganya yang lain, termasuk Kaesang.
"Dulu kita kan berharap presiden akan mendengar ketika kita mengkritisi, ketika kita menulis."
"Kali ini saya merasa kuping presiden sudah benar-benar tertutup. Saya kira cukup Gibran saja, tetapi ternyata tidak,” papar Ikrar.(*)