PINUSI.COM - Rupiah akhirnya mulai terlihat perkasa terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan kembali ke level psikologis Rp15.600/US$.
Refinitiv melansir, pada penutupan perdagangan, Rabu (6/3/2024), rupiah terpantau menguat 0,44% di level Rp15.695/USD.
Kenaikan ini berbanding terbalik dengan pelemahan 0,19% yang terjadi pada perdagangan Selasa (5/3/2024).
The Fed masih menjadi penggerak utama pasar keuangan Indonesia.
Dalam pidatonya di hadapan anggota parlemen AS, Ketua The Fed Jerome Powell memperkirakan suku bunga acuan akan diturunkan tahun ini, namun masih belum jelas kapan tepatnya hal tersebut akan terjadi.
"Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, kemungkinan akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan pada suatu waktu di tahun ini."
"Tetapi prospek ekonomi masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin," kata Powell dalam pidatonya, yang disiapkan untuk disampaikan pada sidang di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR.
Secara keseluruhan, pidato tersebut tidak memberikan dasar baru untuk kebijakan moneter atau prospek ekonomi The Fed, tetapi mencerahkan ekspektasi investor, penurunan suku bunga akan dilakukan tahun ini.
Menurut perangkat Fedwatch, pasar memperkirakan penurunan suku bunga akan dimulai pada Juni 2024, dengan target suku bunga 5%-5,25%.
Ini merupakan penurunan 25 basis poin dari target suku bunga saat ini sebesar 5,25%-5,5%.
Hingga akhir tahun ini, pasar memperkirakan target suku bunga The Fed akan berada di antara 4% dan 4,25%, atau 125 basis poin lebih rendah dari saat ini.
Data-data ekonomi seperti inflasi, angka ketenagakerjaan, dan perekonomian Negeri Paman Sam menjadi kunci arah kebijakan suku bunga The Fed.
Semalam, laporan pekerjaan AS untuk Januari 2024 menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan turun 26.000 bulan ke bulan menjadi 8.863.000, level terendah dalam tiga bulan terakhir dan di bawah konsensus pasar sebesar 8,9 juta.
Hari ini, data klaim asuransi pengangguran baru di AS untuk pekan yang berakhir pada 24 Februari 2024 juga akan dirilis. Aplikasi asuransi pengangguran baru diperkirakan akan tetap di angka 215.000.
Investor tidak hanya tertarik pada AS, tetapi juga pada Cina, yang telah berani menetapkan target pertumbuhan ekonomi di atas perkiraan Bank Dunia.
Cina akan merilis data neraca perdagangan pada 7 Januari 2024. Menurut konsensus Trading Economics, neraca perdagangan Cina diperkirakan akan melonjak menjadi USD 107 miliar pada Bulan Februari.
Ekspor Cina diperkirakan tumbuh 2,5%, meningkat dari 2,3% pada kuartal sebelumnya, sedangkan impor diperkirakan meningkat 2% pada periode Januari-Februari, naik dari 0,2% pada kuartal sebelumnya.
Ekspansi neraca perdagangan Cina tidak diragukan lagi akan memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi negeri tirai bambu tersebut.
Dampak positif ini juga akan merembet ke Indonesia, mengingat Cina merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Selain data neraca perdagangan, Cina juga akan merilis tingkat inflasi konsumsi tahunan dan bulanan untuk Februari 2024.
Inflasi tahunan Cina diperkirakan akan meningkat 0,4% y/y. Angka ini lebih tinggi dari deflasi di bulan Januari (0,8% y/y). Inflasi bulanan diperkirakan akan meningkat 0,5% month-on-month.
Rupiah telah menguat secara signifikan dalam basis per jam. Penguatan ini telah terlihat di bawah beberapa rata-rata pada jangka waktu 20 jam (MA20), 50 jam (MA50), dan 100 jam (MA100).
Jika penguatan berlanjut, rupiah dapat menguji support baru-baru ini di Rp15.680/USD. Posisi ini bertepatan dengan moving average 200 jam (MA200).
Meski demikian, pelaku pasar juga perlu mencermati resisten terdekat di Rp15.765/USD, yang diperoleh dari garis lurus yang ditarik dari level tertinggi candle harian pada 6 Maret 2024, untuk mengantisipasi apakah masih ada potensi pembalikan arah melemah. (*)