PINUSI.COM - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah saling menghormati perbedaan awal Bulan suci Ramadan 1445 Hijriah.
Hal ini disampaikan Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi KH Abdullah Jaidi, merespons perbedaan awal puasa antara NU dan Muhammadiyah.
"Teman-teman kita yang besok (Senin) akan melaksanakan puasa, marilah kita bersama-sama hendaknya saling menghormati perbedaan."
"Manusia itu akan senantiasa berselisih, kita ini adalah rahmat."
"Oleh sebab itu, maka kita harus saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lain," kata Jaidi usai sidang isbat semalam.
Umat Muhammadiyah telah melaksanakan puasa pertama pada Senin (11/3/2024), sedangkan Umat NU memulai puasa sehari setelahnya.
Perbedaan seperti ini sudah lazim terjadi antara dua organisasi besar itu.
Bagi Kiai Jaidi, perbedaan itu bukan penghalang ibadah, untuk itu dia meminta seluruh Umat Islam fokus menjalankan puasa, serta meningkatkan kesalehan dengan memperbanyak ibadah di bulan suci ini.
"Marilah kita tingkatkan kesalehan ibadah kita dengan puasa dan qiyamul Ramadhan dan shodaqoh."
"Dengan kepedulian sosial kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita, fakir miskin dan lain-lain sebagainya," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Kiai Jaidi juga meminta seluruh masyarakat Indonesia menjaga persatuan usai Pemilu 2024, perbedaan pilihan politik yang terjadi tak boleh dijadikan penghalang untuk membangun Bangsa Indonesia.
"Setelah pemilu ini marilah kita tetap bersatu mengayunkan langkah bersama, membangun NKRI menuju Indonesia Emas 2045," ajaknya. (*)