PINUSI.COM - Herman Khaeron, Wakil Komandan Alpha Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, angkat bicara terkait gelombang kritik yang dialamatkan untuk keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kritik itu dilontarkan berbagai pihak, untuk merespons nama Erina Gudono yang masuk bursa Pilkada 2024.
Herman beranggapan kritik itu tak tepat sasaran, sebab semua warga negara Indonesia punya hak politik yang sama, tak ada batasan yang diatur undang-undang. Setiap warga negara berhak memilih dan dipilih untuk menjadi pemimpin.
"Ini hak politik ya,” kata Herman kepada wartawan, Jumat (15/3/2024).
Erina yang merupakan menantu Presiden Jokowi, digadang-gadang bakal menjadi calon bupati Sleman di Pilkada 2024.
Istri Kaesang Pangarep itu dilirik Partai Gerindra, lantaran dianggap sosok calon pemimpin muda yang sangat potensial.
Bagi Herman, nama Erina Gudono jelas tidak serta-merta masuk dalam radar partai besar macam Gerindra sebagai calon bupati, dan pasti sudah melewati penjajakan yang mendalam.
Partai politik, katanya, mengetahui secara jelas keinginan masyarakat soal sosok calon pemimpin.
“Pada akhirnya yang menentukan kan rakyat."
"Suara rakyat suara Tuhan, nanti rakyat yang menentukan."
"Kalau rakyat menginginkan beliau ya terpilih, kalau tidak menginginkan ya tidak terpilih, konteksnya di situ saja."
"Justru kalau undang-undang membatasi tidak boleh, 'oh ini anak presiden, anak menteri tidak boleh' jadi diskriminatif."
"Oleh karena itu, undang-undang memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh warga negara untuk bisa menjalankan hak politiknya, apakah dipilih atau memilih," paparnya.
Keluarga Presiden Jokowi dikritik berbagai kalangan setelah Gerindra berencana memboyong Erina ke Pilkada 2024. Selain dari partai politik seperti PKS, kritik juga datang dari kalangan akademisi, salah satunya Jamiluddin Ritonga, pengamat politik dari Universitas Esa Unggul, yang menilai pencalonan Erina hanya bikin rusak nama Jokowi, lantaran yang bersangkutan bukan seorang politisi.
Dia hanya seorang model dengan prestasi pas-pasan yang nihil pengalaman politik dan kebijakan publik.
Ia meminta pencalonan Erina ditinjau ulang.
"Prestasinya yang menonjol hanya sebagai Putri Yogyakarta. Ia juga hanya sempat berkarier di dunia model. Upaya pencalonan Erina terkesan dipaksakan,” tegasnya.(*)