PINUSI.COM - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyentil Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, yang baru-baru ini menyebut para pengkritik pemerintah sebaiknya angkat kaki dari Indonesia.
Menurut Anwar Abbas, Luhut sebagai bagian dari pemerintah, tak pantas mengeluarkan pernyataan tersebut.
Anwar Abbas lantas mengatakan, jika tak mau dikritik, Luhut yang seharusnya angkat kaki dari Indonesia.
"Jika masih perlu ada kata angkat kaki dan kata usir-mengusir, maka yang harus angkat kaki dan harus diusir dari negeri ini, bukannya para pengkritik pemerintah, tapi Luhut sendiri."
"Tetapi, apakah hal itu baik bagi kepentingan bangsa dan negara kita? Terserah kepada kita semua untuk menjawabnya," kata Anwar Abbas kepada wartawan, Minggu (17/3/2024).
Anwar Abbas menyayangkan pernyataan Luhut, sebab baginya para pengkritik tetap dibutuhkan bangsa ini.
Mereka secara tidak langsung sudah menjadi pengontrol pemerintah, kebijakan-kebijakan yang dirasa tak sejalan dengan keinginan masyarakat, dikoreksi para pengkritik.
"Itu sangat memprihatinkan dan kita sesalkan, karena selain bertentangan dengan nilai-nilai dan semangat yang terdapat dalam UUD 1945, yaitu pasal 28E ayat 3 tetang kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat," tuturnya.
Anwar Abbas mengatakan, membungkam para pengkritik adalah salah satu ciri pemerintahan otoriter.
Dia mengatakan, Luhut seharusnya sadar diri di negara demokrasi macam Indonesia, kebebasan berbicara dan mengkritik pemerintah adalah sesuatu yang wajar.
"Bila itu yang terjadi, maka berarti Luhut sudah menggeser negeri ini dari negeri yang menjunjung tinggi demokrasi dan musyawarah, menjadi negara otoriter, anti kritik dan anti reformasi," tegasnya.
Pernyataan Luhut itu disampaikan dalam acara Business Matching 2024 di Bali, Kamis (7/3/2024).
Pernyataan itu kemudian viral di sosial media.
Luhut tampak kesal dengan para pengkritik pemerintah, termasuk orang-orang yang dahulu menjadi bagian dari pemerintahan.
Luhut mengatakan pemerintah tidak antikritik, namun kritik mesti dibarengi dengan solusi, bukan kritik yang membabi buta dan kadang condong menyerang pribadi.
"Saya berharap kita semua bangga menjadi Bangsa Indonesia."
"Kita kritik bangsa kita, tapi kritik yang membangun."
"Jangan kritik merasa semuanya jelek."
"Kalau jelek, pindah saja kau dari Indonesia," ucap Luhut. (*)