PINUSI.COM - Pembicaraan tentang intervensi muncul, sebagai akibat dari pergerakan yen Jepang yang agresif minggu ini, sebagian besar terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
UBS menunjuk pada pelemahan yen, dengan mengatakan dolar menawarkan lebih banyak kenaikan dalam skala yang lebih luas, meskipun hal ini dapat dilihat sebagai tanda kekuatan dolar yang luar biasa.
Kata analis di UBS, seminggu terakhir menjadi pekan yang penuh konsekuensi bagi USDJPY, karena Bank of Japan bertahan pada nada dovish pada pertemuannya, yang mengakibatkan USDJPY naik di atas 160 pada Hari Senin.
"Dan mendorong apa yang pasar yakini sebagai intervensi valuta asing."
"Apa yang kami lihat sebagai pelemahan JPY yang ekstrem dalam beberapa kasus, telah digabungkan dengan kekuatan USD yang berlebihan."
"Kami tidak setuju dengan kerangka kerja tersebut, dan berpikir USD memiliki lebih banyak sisi positif terhadap G10 secara lebih luas, meskipun sulit untuk menyebutnya 'murah'," ulas analis UBS.
Bank tersebut menyatakan, ada beberapa pembicaraan tentang aksi bersama di pasar valuta asing, semacam perjanjian Plaza dan Louvre 1980-an.
"Kami menemukan konteksnya sangat berbeda, dan melihat rintangan yang tinggi untuk melakukan aksi bersama yang serupa untuk melemahkan greenback kali ini."
"Pergeseran besar dalam sikap AS akan diperlukan sebagai titik awal, bersamaan dengan memburuknya defisit perdagangan yang mulai mengambil rona seperti apa yang telah terlihat dalam defisit fiskal. Hal itu tidak ada untuk saat ini," imbuh analis UBS.
UBS menyatakan dolar AS jauh di bawah level 2022, dan jauh dari ekstrem.
"Masih ada banyak hal yang bisa diberikan," ucapnya.
Posisi long terhadap mata uang G10, dolar Kanada, dan franc Swiss, masih dipegang oleh UBS.
UBS juga menyatakan, sehubungan dengan franc Swiss, pihaknya mencatat ada beberapa tanda SNB [Swiss National Bank] mungkin telah membeli valas pada Bulan Maret."
"Yang jika terbukti benar, akan semakin mendukung bearish jangka panjang kami terhadap mata uang tersebut," tambahnya. (*)