PINUSI.COM - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendesak negara-negara Eropa mendorong implementasi two-state solution, guna mengatasi konflik Palestina-Israel.
Desakan itu disampaikan Retno dalam pertemuan antara beberapa negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) dengan beberapa negara anggota Uni Eropa (UE) dan beberapa negara eropa lainnya, di Brussel, Belgia, Minggu (26/5/2024).
“Pertemuan ini sangat penting, artinya di tengah semakin memburuknya situasi di Palestina dan semakin tidak iindahkannya keputusan-keputusan Mahkamah Internasional oleh Israel."
"Pertemuan tersebut saya gunakan untuk melakukan appeals terhadap negara-negara Eropa, agar two-state solution dapat diimplementasikan," kata Retno lewat siaran pers.
Dalam pertemuan tersebut, Retno menyampaikan tiga appeals (seruan) yang dikutip dari keterangan Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
Pertama, gencatan senjata segera dan secara permanen harus terus didorong.
Semua pihak harus berusaha agar Israel mematuhi keputusan Mahkamah Internasional dan menghentikan aksi militer di Rafah, agar pengiriman bantuan kemanusiaan dapat dilakukan.
“Dalam kaitan ini, saya menekankan peran Dewan Keamanan PBB menjadi sangat penting."
"Hal ini sengaja saya sampaikan, mengingat beberapa negara yang hadir dalam pertemuan adalah anggota Dewan Keamanan PBB, seperti Inggris, Algeria, UAE dan Slovenia," ujarnya.
Kedua, terus memberikan dukungan kepada UNRWA, karena peran UNRWA sangat penting untuk mencegah situasi kemanusiaan semakin memburuk.
Ketiga, pentingnya pengakuan terhadap Palestina dan dukungan untuk keanggotaan Palestina di PBB.
Semua negara perlu menggunakan pengaruh masing-masing, agar veto mengenai keanggotaan Palestina di PBB tidak terjadi lagi di DK PBB.
Keanggotaan Palestina di PBB akan membantu Palestina dalam membangun negaranya.
Selain tiga hal tersebut, Retno juga menekankan pentingnya kesatuan Palestina dan mendukung reformasi yang dilakukan Pemerintah Palestina, karena hal ini akan berkontribusi mewujudkan two-state solution.
Pertemuan ini sangat penting, guna mendorong implementasi two-state solution, dan menegaskan two-state solution adalah satu-satunya opsi yang tepat.
Akhir-akhir ini, PM Israel Benjamin Netanyahu berulang kali menyampaikan two-state solution sudah tidak ada lagi.
Dalam diskusi terbuka selama pertemuan, Menlu RI mencatat beberapa hal yang perlu digarisbawahi.
Pertama, semua yang hadir berkomitmen mewujudkan two-state solution, sebagai satu–satunya cara untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
Kedua, negara-negara OKI menyampaikan penghargaan kepada Norwegia, Spanyol, dan Irlandia, atas keputusan mereka mengakui Palestina.
OKI mendorong agar negara-negara Eropa lain ikut mengakui negara Palestina.
Ketiga, semua sepakat mengenai pentingnya memberdayakan Otoritas Palestina (Palestinian Authority), dan mendukung reformasi yang dilakukan Otoritas Palestina.
Keempat, semua sepakat terus mengupayakan kelancaran bantuan kemanusiaan.
Dari pihak OKI, pertemuan dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Saudi Arabia, Jordania, Mesir, Indonesia, Algeria, Turki, Bahrain, dan Wakil Menteri Luar Negeri dari UAE.
Sebagian besar negara-negara tersebut tergabung dalam OIC Contact Group.
Perdana Menteri Palestina yang baru juga hadir di dalam ertemuan.
Di sela pertemuan, Menlu RI mengadakan pertemuan bilateral dengan High Representative/Vice President European Commission, Menlu Spanyol, Menlu Irlandia, Menlu Norwegia, Menlu Luksemburg, dan Perdana Menteri Palestina, untuk membahas isu Palestina dan kerja sama bilateral. (*)