PINUSI.COM - Ujang Komarudin, pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) sukar merengkuh kursi ketua umum Partai Golkar.
Menurut Ujang, Golkar adalah partai politik yang terkenal dengan banyak faksi, yang masing-masing faksi mempunyai pengaruh sangat kuat.
Bagi Ujang, Jokowi jelas kesulitan mengutak-atik internal Golkar, sebab dia bukan bagian dari salah satu faksi di Partai Golkar.
Ujang menegaskan, internal Golkar dengan berbagai macam dinamikanya jelas berbeda jauh dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), di mana partai politik besutan Kaesang Pangarep itu disebutnya gambang diutak-atik Jokowi.
“PSI bisa diotak-atik Jokowi, karena memang partainya Jokowi. Kalau Golkar bukan partainya Jokowi,” kata Ujang ketika dikonfirmasi, Selasa (19/3/2024).
Jokowi diisukan bakal bergabung dan akan mengambil alih Partai Golkar, dengan menjadi ketua umum menggantikan posisi Airlangga Hartarto.
Isu itu disambut baik sejumlah pejabat Golkar. Namun bagi Ujang, sambutan hangat itu tak berarti Jokowi bisa langsung menguasai partai tersebut.
Ujang mengatakan, apabila Jokowi direstui menjadi ketua umum, maka internal Partai Golkar bakal menjadi kacau balau, karena akan ada gejolak antar-faksi.
Hal ini juga merusak sistem kaderisasi Golkar.
Menurutnya, Jokowi boleh saja bergabung dengan Golkar, asalkan menjadi kader biasa, hal ini sejalan dengan peraturan dan AD/ART Partai Golkar yang dengan tegas mengatakan setiap ketua umum partai wajib menjadi pengurus selama lima tahun.
“Jadi kader Golkar, tidak memaksakan jadi Ketua Umum (Golkar),” ucapnya.
Isu Jokowi menjadi ketua umum Partai Golkar mendapat respons beragam dari senior serta pengurus Golkar.
Beberapa pihak seperti Jusuf Kalla (JK) mengaku siap menampung Jokowi, asalkan menaati peraturan partai dengan menjadi kader biasa selama lima tahun.
Namun, padangan berbeda datang dari beberapa pengurus Golkar lainnya, yang beranggapan Jokowi memang layak membesut partai politik ini, sebagaimana yang disampaikan anggota Dewan Pakar Partai Golkar Ridwan Hisjam.
Ridwan mengatakan, sejatinya Jokowi telah menjadi kader partai politik berlambang pohon beringin itu sejak lama, lantaran ia sudah sejak 1997 melaksanakan doktrin Golkar, yakni Karya Siaga Gatra Praja.
Berdasarkan alasan tersebut, Ridwan mengatakan Jokowi sudah layak diberi jabatan ketua umum pada musyawarah Partai Golkar yang bakal dilaksanakan dalam waktu dekat.
Bagi Ridwan, Jokowi layak memimpin Golkar tanpa harus mengubah peraturan partai atau mengutak atik AD/ART.
Apalagi selama menjabat Presiden selama 10 tahun, Jokowi disebutnya sangat dekat dengan Golkar.
"Jadi doktrin kekaryaan itu sudah dilaksanakan, dan Pak Jokowi ini pengurus Asosiasi Mebel Indonesia, di tahun 2002, dimulai tahun 97," beber Ridwan dalam sebuah wawancara, Senin (18/3/2024). (*)