PINUSI.COM - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengecam tindakan represif polisi terhadap mahasiswa di Amerika Serikat, yang menggelar aksi demonstrasi mendesak dihentikannya genosida Israel di Gaza, Palestina.
Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad mengatakan, demo mahasiswa di sejumlah kampus ternama AS untuk meminta negara tersebut menekan Israel menghentikan serangan di Gaza, menandakan mahasiswa yang mewakili kaum muda melihat dengan mata hati.
Sehingga, mereka paham apa yang dilakukan Israel dan didukung penuh AS adalah genosida.
“Tapi yang disayangkan adalah respons polisi yang represif dalam menangani para demonstran sebagai kampium demokrasi."
"Apa yang dilakukan aparat terhadap para demonstran tidak mencerminkan wajah negara demokrasi.”
“Dalam hal ini, MER-C sebagai organisasi yang concern dengan kemanusiaan, menyerukan agar AS lebih persuasif dan mendengar apa yang disuarakan oleh mahasiswa,” kata Sarbini lewat keterangan tertulis, Jumat (3/5/2024).
Ia mengatakan, cara pendekatan represif akan menjadi catatan buruk demokrasi yang dipertontonkan AS di etalase dunia.
“Sudah selayaknya Pemerintah AS mendengarkan aspirasi mereka, dan melakukan langkah cepat menghentikan kekejaman Israel di Palestina."
"Apabila AS mengabaikan tuntutan mahasiswa, kami khawatir gelombang besar ini akan lebih menggema ke seluruh dunia,” imbuhnya.
Al Jazeera melaporkan, protes yang dilakukan mahasiswa berlangsung damai dan sebagian besar penuh rasa hormat, namun ditanggapi dengan tindakan keras oleh banyak universitas di tengah tuduhan anti-Semitisme.
Pihak kampus memanggil petugas keamanan yang datang menyerang massa dan menangkap paksa mahasiswa.
Polisi Amerika menangkap lebih dari 900 orang dalam demonstrasi pro-Palestina yang dimulai di beberapa universitas di Amerika sejak 18 April lalu. (*)