PINUSI.COM - Adi Prayitno, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, menilai PDIP sudah mengalkulasikan untung rugi mendorong Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatera Utara 2024.
Adi menafsirkan, setidaknya PDIP punya sejumlah alasan kuat untuk melempar Ahok ke luar Jakarta, kendati yang bersangkutan ingin kembali ke gelanggang Pilkada DKI untuk yang kedua kalinya.
Alasan pertama, kata Adi, karena PDIP belajar dari masa lalu, di mana Ahok pernah keok dilibas Anies Baswedan di Pilkada DKI 2017.
Kekalahan ketika itu adalah tamparan keras bagi PDIP, sehingga partai besutan Megawati Sukarnoputri itu enggan memboyong Ahok kembali ke medan pertempuran yang sama.
"Kenapa Ahok tak (dicalonkan) di Jakarta? Mungkin karena Ahok pernah kalah di Jakarta (Pilkada DKI Jakarta 2017),” kata Adi ketika dikonfirmasi, Selasa (28/5/2024).
Alasan lainnya yang bikin PDIP tak berani membawa Ahok di Pilkada DKI 2014, lanjut Adi, adalah sengitnya pertarungan yang membuat peluang menang semakin menipis.
Adi mengatakan, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil adalah dua kandidat calon gubernur Jakarta yang digadang-gadang bakal maju pada pilkada tahun ini. Kedua figur ini dinilai terlampau kuat untuk dilawan Ahok.
Ketimbang kembali menelan kekalahan di medan pertempuran yang sama, PDIP, kata Adi, memilih mengirim Ahok ke Sumatera Utara.
“Lawan yang kemungkinan dilawan relatif sangat kuat, seperti Ridwan Kamil dan Anies Baswedan," ulasnya.
Selain karena dua pertimbangan itu, keputusan PDIP mengirim Ahok ke Sumatera Utara, adalah upaya untuk melawan dominasi Bobby Nasution, putra daerah sekaligus menantu Presiden Joko Widodo, yang memang sudah punya nama besar di sana.
“Karena (PDIP) butuh Ahok yang punya nama besar untuk melawan Bobby," imbuhnya. (*)