PINUSI.COM - Pelaksanaan 2nd UN Tourism Women Conference on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific, menjadi momen tepat untuk memperkuat peran perempuan dan kesetaraan gender.
Mengingat, saat ini kesetaraan gender menjadi isu krusial, terutama di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).
Faktanya, lebih dari 54,22% pekerja di sektor parekraf Indonesia adalah perempuan.
Sedangkan sisanya atau sebesar 45,78% adalah laki-laki.
Angka tersebut sebenarnya mencerminkan perempuan memegang posisi dominan di sektor pariwisata.
Sayangnya, perempuan-perempuan tersebut justru 'kalah' dan tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin.
Bahkan, pekerja perempuan di sektor pariwisata berpendapatan 14,7% lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Secara keseluruhan, diperkirakan penyebab kesenjangan ini disebabkan karena adanya stereotip gender, hingga keterbatasan akses pendidikan serta keterbatasan peluang tumbuh.
Salah satu perwakilan delegasi perempuan Indonesia yang hadir adalah Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo.
Sementara, delegasi perempuan lain yang turut hadir adalah Menteri Pariwisata Filipina, Menteri Pariwisata Laos, Menteri Pariwisata Thailand, Menteri Pariwisata Sierra Leone, Menteri Pariwisata Maldives, dan banyak lagi.
Seperti yang disampaikan Kemenparekraf melalui lamannya, perempuan memiliki peran penting dalam mendorong sektor pariwisata Indonesia.
Satu di antaranya adalah Dinni Septianingrum, pendiri Sea Soldier atau 'Tentara Laut,' yang berfokus pada pelestarian lingkungan laut.
Bersama rekan-rekannya, Sea Soldier terus menjaga laut dan pantai, baik dengan mengumpulkan sampah-sampah di laut, hingga melakukan penanaman mangrove untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Indonesia juga punya perempuan hebat lainnya yang berperan penting dalam menjaga dan mengembangkan interpretasi tentang Lasem.
Berawal dari pertama kali mengunjungi Lasem dan berkenalan dengan masyarakat lokal, serta rajin membuat tulisan tentang Lasem, sukses membuat Agni Malagina jatuh cinta dengan Lasem, sebuah kecamatan kecil di Kabupaten Rembang.
Dalam upaya melestarikan warisan budaya Lasem, Agni Malagina mendirikan komunitas pecinta Lasem dan mendirikan Yayasan Lasem Heritage (2016).
Seiring berjalannya waktu, sejak 2018, Agni memberi pendampingan untuk 72 rumah batik beserta 1.126 karyawan.
Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran orang mengenal dan melestarikan budaya Lasem.
Melipir ke Timur Indonesia, ada sosok perempuan hebat di sektor pariwisata bernama Githa Anastashia, pendiri Arborek Dive Shop yang fokus memberdayakan masyarakat lokal untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan.
Hal ini dilakukan dengan memberi edukasi kepada masyarakat untuk menjaga keindahan bawah laut, hingga memberi pelatihan kepada anak-anak agar bisa menjadi entrepreneur di bidang kelautan dan konservasi.
Perempuan hebat lainnya di sektor pariwisata adalah Alfonsa Horeng.
Berawal dari misi sederhananya melestarikan budaya di daerah asalnya, Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT), Alfonsa Horeng membuat sanggar Lepo Lorun sebagai tempat berkumpul pengrajin tenun di desanya.
Dari hal sederhana tersebut, ternyata menjadi langkah awal melestarikan tradisi tenun asli agar dikenal luas wisatawan.
Selain para perempuan hebat di atas, masih banyak-tokoh perempuan di sektor pariwisata yang tidak kalah hebat dan menakjubkan.
Banyaknya perempuan hebat diharapkan dapat mendorong kesetaraan gender di sektor pariwisata, serta kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan dan budaya agar tetap lestari. (*)