PINUSI.COM - Direktur Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia Andi Yusra, mengkritik keras wacana presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk presidential club alias klub presiden, yang beranggotakan presiden terdahulu.
Menurutnya, upaya mempertemukan Megawati Sukarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Joko Widodo dalam wadah klub presiden, hanya akal-akalan Prabowo melemahkan oposisi.
Prabowo, kata dia, sedang berusaha keras merangkul Megawati yang juga ketua umum PDIP, masuk koalisinya.
Sebab, PDIP kemungkinan besar bakal mengambil posisi oposisi setelah kalah Pilpres 2024.
“Jadi ini upaya mematikan oposisi," kata Andi Yusran kepada wartawan, Selasa (7/5/2024).
Wacana pembentukan klub presiden ini diklaim sebagai wadah bertukar pikiran pemerintahan Prabowo-Gibran dengan presiden terdahulu, terkait berbagai kebijakan yang bakal diambil ke depan.
Namun, bagi Yusran, tujuan utama pembentukan kelompok ini jelas sangat politis.
Yusran mewanti-wanti, jangan sampai PDIP tergoda dengan pembentukan klub presiden.
Jika itu terjadi, maka dipastikan oposisi di era Prabowo-Gibran sangat lemah, hal ini justru mengancam demokrasi Indonesia, sebab para penguasa bisa saja kebablasan.
"Jika oposisi nihil, maka penyalahgunaan kekuasaan leluasa terjadi," imbuhnya.
Terpisah, Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat menilai rencana pembentukan presidential club mengonfirmasi Prabowo Subianto tak percaya diri memimpin negara ini.
Prabowo ia nilai tak bisa membuat sebuah keputusan, lantaran harus berkonsultasi dengan para pendahulunya di presidential club.
“Itu mengindikasikan Pak Prabowo kurang percaya diri mewujudkan empat misi Indonesia merdeka, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,” ucap Djarot.
Djarot menuturkan, wacana pembentukan presidential club hanya basa-basi politik yang disebutnya tak bakal terwujud.
Prabowo, kata dia, sengaja melempar isu itu, supaya terkesan negarawan sejati.
“Bisa jadi cuma basa-basi atau gimik politik, agar terlihat sebagai negarawan sejati,” ulasnya. (*)