PINUSI.COM - Pengamat politik Tamil Selvan menyentil kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, yang menggugat hasil Pilpres 2024 ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Tamil Selvan mengatakan, materi gugatan kubu Anies-Muhaimin adalah sebuah kekonyolan.
Dia lantas menyebut mereka sedang ber-stand up comedy di ruang publik dengan menunjukan dagelan yang menggelitik.
Sebab, dalam materi gugatan tersebut, kubu Anies-Muhaimin mendesak agar Pilpres 2024 yang dimenangkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mesti digelar ulang tanpa melibatkan Gibran.
Menurut mereka, keterlibatan Gibran pada pilpres kali ini memunculkan berbagai dugaan kecurangan pemilu, termasuk indikasi penyalahgunaan bantuan sosial (bansos).
“Pernyataan Tim Hukum Anies yang meminta agar pemilu dilakukan ulang tanpa cawapres dari paslon 2, saya kira mereka tidak paham UU Pemilu, dan statement saya, Tim Hukum Anies-Muhaimin ini sedang stand up comedy di ruang publik,” kata Tamil Selvan kepada wartawan, Sabtu (23/3/2024).
Menurut Tamil, seharusnya kubu Anies-Muhaimin dan peserta pilpres yang keberatan dengan kehadiran Gibran di gelanggang pilpres, protes sejak awal.
Mereka, kata dia, bisa mengambil sikap tegas dengan menarik diri dari kontestasi pilpres, sebagai bentuk protes terhadap kehadiran Gibran, namun yang terjadi sekarang ini, mereka justru protes setelah kalah telak.
Baginya ini adalah sebuah kekonyolan, lantaran mereka mau ikut bertanding di sebuah ajang yang menurut mereka telah bermasalah dari awal.
“Kalau memang mereka merasa diterimanya pendaftaran Gibran sebagai cawapres itu tidak sah, seharusnya mereka melakukan walk out pada saat itu, sehingga tahapan pemilu bisa berhenti."
"Lalu dilakukan angket oleh DPR pada saat itu. Bukan sekarang, ketika pemilunya sudah usai, dan mereka kalah lalu teriak-teriak bahwa tahapannya bermasalah. Pertanyaannya tahapan bermasalah, kok malah ikut.”
“Kalau memang sejak awal mereka mengetahui curang, mengapa mereka tidak walk out sehingga pemilu ini bisa ditunda, dan kecurigaan mereka bisa diperiksa?"
"Ini setelah proses selesai, baru meributkan awal proses yang sama-sama mereka jalani. Jadi saya lihat ini hanya bentuk kecengengan politik,” tambah Tamil.
Prabowo-Gibran menang telak di 36 provinsi, sedangkan Anies-Muhaimin hanya menang di dua provinsi.
Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD kalah di semua provinsi, termasuk Jawa Tengah yang dipimpin Ganjar selama 10 tahun menjadi gubernur.
Menurut Tamil, kemenangan telak Prabowo-Gibran adalah bukti nyata masyarakat memang menginginkan kedua sosok ini sebagai penerus pemerintahan Presiden Joko Widodo-Maruf Amin.
“Saya kira itu adalah kehendak rakyat. Jadi artinya, suka atau tidak suka, memang rakyat menghendaki Prabowo, bukan Ganjar atau Anies."
"Persoalan Ganjar dan Anies tidak setuju dengan kemenangan Prabowo, saya kira itu hak konstitusi mereka, yang harus mereka buktikan dengan cara yang konstitusi pula, bukan dengan mengumbar isu di ruang publik yang mencerminkan ketidakdewasaan dalam berdemokrasi dan berpolitik,” bebernya. (*)