PINUSI.COM - Karena pasar menunggu data terbaru tentang stok minyak mentah Amerika Serikat (AS), harga minyak mentah terpantau turun pada perdagangan Rabu (29/5/2024).
Namun, dinamika ekonomi AS menunjukkan biaya pinjaman akan terus meningkat dalam jangka waktu yang lebih lama, yang dapat memengaruhi permintaan minyak.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,74% menjadi US$ 83,6 per barel.
Sementara, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI), yang dikenal sebagai minyak mentah ringan, terkoreksi 0,75% menjadi US$ 79,23 per barel.
Harga minyak berhasil pulih pada pagi hari waktu Asia.
Pada pukul 09:32 WIB, harga minyak Brent naik tipis 0,1% ke US$ 83,68 per barel, dan harga WTI naik 0,1% menjadi US$ 79,31.
Sumber pasar yang mengutip data dari American Petroleum Institute (API) pada Rabu lalu mengatakan, produksi sulingan meningkat, sementara persediaan minyak mentah dan bensin di AS turun pekan lalu.
Angka API menunjukkan, dalam pekan yang berakhir 24 Mei, stok minyak mentah turun 6,49 juta barel.
Persediaan bensin turun 452.000 barel, dan stok sulingan naik 2,045 juta barel.
Ini bertentangan dengan perkiraan para analis, yang memperkirakan perusahaan energi AS menimbun 0,4 juta barel sulingan dan 1 juta barel bensin, sambil mengeluarkan 1,9 juta barel minyak mentah dari penyimpanannya.
"Setiap tanda permintaan yang kuat dalam laporan persediaan mingguan EIA akan mendukung harga minyak mentah," kata ANZ Research, dikutip dari Reuters.
Dimungkinkan bagi produsen OPEC untuk mempertahankan pengurangan pasokan saat mereka bertemu pada pertemuan 2 Juni mendatang, karena peningkatan persediaan minyak di seluruh dunia hingga April lalu disebabkan oleh penurunan permintaan bahan bakar.
Namun, ekspektasi pasar terkait kebijakan Bank Sentral AS (Federal Reserve atau Fed) yang akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, telah menempatkan pasar minyak di bawah tekanan baru-baru ini.
Survei Federal Reserve menunjukkan, meskipun aktivitas ekonomi AS terus meningkat dari awal April hingga pertengahan Mei, perusahaan menjadi semakin pesimis terhadap masa depan, sementara inflasi meningkat dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi.
Dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi, permintaan dan harga minyak mentah akan terbatas.
Dibandingkan siklus pelonggaran yang diprediksi pasar akan dimulai pada Juni, pasar saat ini memperkirakan Federal Reserve akan menurunkan suku bunganya paling cepat pada September. (*)