PINUSI.COM - Setelah Bank Indonesia (BI) merilis data cadev yang turun cukup dalam, rupiah melemah terhadap dolar AS.
Rupiah terdepresiasi 0,25% setiap minggu, tetapi pada Rabu (8/5/2024), ia ditutup stagnan 0% di angka Rp16.040/US$.
Namun, pada pukul 14:49 WIB, DXY naik 0,14% ke 105,56, lebih tinggi dari penutupan Selasa (7/5/2024), di 105,41.
Pelemahan rupiah terjadi setelah BI merilis data cadev yang lebih rendah daripada yang diantisipasi.
Menurut Trading Economics, cadev diperkirakan akan turun menjadi US$ 138 miliar pada April 2024, tetapi BI menggunakannya menjadi US$ 136,2 miliar.
Fajar Majardi, direktur Departemen Komunikasi, mengatakan penurunan posisi cadangan devisa disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, karena peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Jumlah cadev yang signifikan ini menimbulkan tekanan pada pasar keuangan domestik, termasuk rupiah, dan memberikan kesan yang tidak percaya bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Fithra Faisal, ekonom senior Samuel Sekuritas Indonesia, menyatakan BI masih dapat melakukan intervensi dengan cadev saat ini.
Iintervensi terhadap rupiah pernah dilakukan pada 2022, untuk menstabilkan rupiah tanpa perlu menaikkan suku bunga sebesar US$10-12 miliar dalam jangka waktu enam bulan. (*)