PINUSI.COM - Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri menerima laporan dari berbagai sumber, terkait ide presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk presidential club alias klub presiden.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, Megawati langsung mendapat informasi itu, begitu Prabowo Subianto menginisiasi pembentukan forum yang beranggotakan presiden-presiden terdahulu tersebut.
Informasi itu, lanjut Hasto, ada yang bersumber dari media massa, tetapi ada pula yang dilaporkan langsung kader PDIP.
"Hal-hal yang berkaitan dengan presidential club itu juga, Ibu (Megawati) membaca."
"Mendapat informasi dari media dan juga dari laporan yang kami sampaikan secara periodik kepada beliau," kata Hasto kepada wartawan, Selasa (14/5/2024).
Presidential club gagasan Prabowo Subianto itu disebut-sebut bakal diisi tiga presiden terdahulu, yakni Megawati Sukarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Joko Widodo.
Wacana ini mendapat respons beragam, ada yang mendukung, namun ada pula yang menilai presidential club penuh kepentingan politik, di mana disebutkan forum ini dibuat Prabowo untuk mempertemukan Megawati, SBY, dan Jokowi.
Hubungan Megawati dengan kedua penerusnya itu sudah lama tak akur.
Terkait sikap Megawati soal wacana presidential club itu, Hasto enggan berterus terang.
Intinya, kata Hasto, sejak dahulu Megawati memang sudah sering berdiskusi dengan para kader PDIP terkait masalah kebangsaan.
"Beliau aktif berdiskusi membahas berbagai persoalan bangsa dan dunia," jelas Hasto.
Terpisah, Juhaidy, Direktur Eksekutif Indonesia Law and Democracy Studies (Ildes), menilai gagasan pembentukan klub presiden itu perlu diapresiasi.
Menurutnya, itu ide baik yang bakal memberi banyak manfaat bagi kelangsungan politik Tanah Air.
Menurut Juhaidy, presidential club akan lebih maksimal jika dilebur bersama Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), sehingga forum ini menjadi sebuah lembaga yang berbadan hukum.
"Pak Jokowi menjadi Ketua Wantimpres, anggotanya Pak SBY dan Bu Megawati, dan mungkin beberapa tokoh penting lainnya, untuk bisa menasihati presiden.”
"Jikalau anggota Wantimpres ini adalah para mantan presiden yang pernah memegang kekuasan 10 tahun lamanya, pasti mempunyai nilai tersendiri."
"Apalagi jikalau satu visi dengan presiden yang baru, makin sinkron lembaga tersebut," ulas Juhaidy.
Juhaidy melanjutkan, meski menjadi penasihat, ruang gerak presidential club juga harus dibatasi, mereka hanya bekerja sebagai penasihat presiden terkait kebijakan-kebijakan yang bakal diambil, tanpa harus ikut campur dalam struktur pemerintahan.
“Bukan kepada pemerintahannya, tetapi subjeknya dan nasihatnya hanya kepada presiden saja untuk menjalankan pemerintahannya," jelasnya. (*)