PINUSI.COM - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo meminta Mahkamah Konstitusi (MK) lebih peka menangkap situasi politik yang tengah bergejolak di tengah masyarakat.
Menurutnya, banyak masyarakat yang menyoal penyelenggaraan Pemilu 2024, lantaran hajatan ini dinodai berbagai kecurangan.
Namun, suara masyarakat tak terekspose, sehingga MK bahkan tak mengetahui hal itu.
Untuk itu, Ganjar menyarankan MK rajin memantau media sosial (medsos).
Di sana, masyarakat, kata dia, menumpahkan keluh kesah mereka terkait penyelenggaraan Pemilu 2024.
Dengan memantau keluhan masyarakat via medsos, Ganjar yakin, MK bakal mengambil keputusan adil terkait sengketa Pemilu 2024 yang sedang bergulir.
"Cukup bisa mengikuti medsos, para pakar, film Dirty Vote yang menjelaskan dengan sangat apik, gitu,” kata Ganjar dalam sebuah wawancara, dikutip pada Jumat (29/3/2024).
Menurut Gubernur Jawa Tengah dua periode itu, apabila MK melakukan saran yang ia berikan, maka lembaga negara itu bisa punya paradigma baru terkait berbagai polemik penyelenggaraan Pemilu 2024.
Hal ini diyakini Ganjar bakal mempengaruhi keputusan para hakim MK.
“Saya kira cukup menjadi amunisi buat MK untuk lebih progresif itu tadi."
"Sehingga kalau saya melihatnya, ya MK akan punya paradigma baru yang beliau-beliau majelis hakim yang mulia ini menunjukkan kewenangannya, kapasitasnya, otoritasnya, bahwa mereka adalah the guardian of constitution," paparnya.
Ganjar mengatakan, saat ini MK sedang berada di titik paling rendah.
Wibawa lembaga ini disebutnya sudah merosot jauh di mata masyarakat.
Untuk itu, penyelesain sengketa Pemilu yang bergulir, diklaim dapat mengembalikan muruah MK, jika lembaga ini adil mengambil keputusan.
"Kredibilitas MK sedang berada di titik nadir, sehingga Pak Hartoyo dan kawan-kawan memang berada pada beban yang tidak ringan," paparnya.
Soal gugatan hasil Pilpres yang ia layangkan ke MK, Ganjar bilang hal ini bukan masalah kalah atau menang dalam pertarungan Pilpres 2024.
Lebih dari itu, gugatan ke MK adalah upaya mengembalikan demokrasi negara ini ke jalur yang semestinya.
Sebab demokrasi Indonesia, kata Ganjar, diperjuangkan dengan darah dan nyawa.
"Utang nyawa yang kita miliki karena banyak anak muda saat itu berkorban."
"Keluarganya hari ini tidak bisa mengetahui, bahkan dia tidak tahu ada di mana."
"Itu sebuah proses panjang, mesti kita hormati," tuturnya. (*)