PINUSI.COM - Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), meninggal dianiaya oleh seniornya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan melakukan moratorium alias tidak akan melakukan rekrutmen satu angkatan di STIP, karena insiden itu.
Selain mempertimbangkan moratorium, Budi Karya Sumadi juga telah membebastugaskan direktur hingga beberapa pejabat di STIP Jakarta.
Ia berjanji akan melakukan perombakan sistem pendidikan di setiap sekolah vokasi di bawah naungan Kemenhub.
Menanggapi kebijakan tersebut, sejumlah calon wali murid Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) menyayangkan adanya moraturium yang dilakukan Kemenhub dan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Hal ini mereka sebut memupuskan harapan anak bangsa.
"Kami sangat kecewa dengan moratorium itu."
"Aturan itu telah memupuskan harapan anak kami," kata Jarry Rinaldi, Koordinator Ketua Forum Calon Wali Murid STIP Jakarta, saat ditemui di wilayah Koja, Jakarta Utara, Rabu (15/5/2024).
Menurut Jerry, pihaknya dalam hal ini para orang tua calon taruna, sangat menyayangkan kemunculan moratorium, di samping tahapan pertama pendaftaran seleksi masuk STIP saat ini tengah berlangsung.
Bahkan, ratusan orang tua telah mengeluarkan duit jutaan rupiah untuk pendaftaran.
"Kejadian dugaan pemukulan terjadi pada tanggal 2, tanggal 8 anak kami ikut tes, kemudian tanggal 10 muncul moratorium. Ini kan cukup aneh," ujarnya.
Norma (47), orang tua lainnya, mengatakan untuk menjadi taruna STIP tidak mudah.
Selain harus memiliki kecerdasan dan pengetahuan, diperlukan mental dan fisik untuk lolos tahapan lainnya.
Untuk itu, banyak calon taruna yang telah menyiapkan diri sejak lama.
"Anak saya melakukan itu semua sejak kelas 3 SMP."
"Dia disiplin penuh menyiapkan semuanya untuk keterima di STIP," terang orang tua asal Kendari, Sulawesi Tenggara ini.
Di tempat yang sama, salah satu calon taruna Muhammad Rajendra Hendro (18), mengungkapkan rasa kekecewaan atas keputusan Menteri Perhubungan.
Ia mengaku telah menyiapkan diri untuk mengikuti ujian tes.
Namun, setelah mendapat informasi soal moratorium, ia merasa putus asa.
"Tidak mudah untuk masuk STIP."
":Sebab, ini sekolah skala internasional."
"Makanya saya berupaya untuk menyiapkan semuanya, termasuk menjadi juara kelas."
"(Moratorium) ini menghancurkan mimpi kami, kami mohon Pak Menteri jangan hancurkan mimpi kami," pintanya. (*)