PINUSI.COM - Ribuan mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar demonstrasi bertajuk "Indonesia Gelap" di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jakarta Pusat, pada Kamis (21/2/2025). Aksi ini merupakan kelanjutan dari unjuk rasa sebelumnya pada Senin (17/2/2025), di mana massa gagal bertemu dengan perwakilan pemerintah.
Setidaknya ada sembilan tuntutan yang disuarakan oleh mahasiswa dalam demonstrasi ini. Beberapa poin utama meliputi peninjauan ulang Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi anggaran, transparansi pembangunan dan pajak rakyat, evaluasi besar-besaran terhadap program Makan Bergizi Gratis, serta penolakan terhadap revisi Undang-Undang Minerba yang dianggap bermasalah. Selain itu, massa aksi juga menolak dwifungsi TNI, mendesak pengesahan Undang-Undang Perampasan Aset, menuntut peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan nasional, serta menolak impunitas pelanggaran HAM berat. Salah satu poin krusial lainnya adalah menolak campur tangan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, dalam pemerintahan saat ini.
Pertemuan dengan Mensesneg
Ketegangan sempat terjadi ketika massa mencoba menjebol barrier beton dengan menggunakan tali tambang. Di tengah situasi tersebut, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi akhirnya menemui para demonstran. Ia didampingi oleh Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro dan Bambang Eko Suhariyanto, dan muncul di atas kendaraan taktis lapis baja Barracuda di belakang penghalang beton yang memisahkan massa dari Istana Negara.
Baca Juga: Real Madrid Hancurkan Manchester City, Kylian Mbappe Cetak Hattrick di Liga Champions
Prasetyo mengawali pertemuannya dengan permintaan maaf karena baru bisa hadir sore hari. “Atas izin dan restu dari Bapak Presiden Prabowo Subianto, kami hadir mewakili pemerintah untuk berkomunikasi dengan adik-adik semua,” ucapnya melalui pengeras suara.
Namun, orator aksi memotong pernyataannya dan mempertanyakan alasan Prasetyo berbicara di balik pengamanan polisi. Menanggapi hal tersebut, Prasetyo meminta perwakilan mahasiswa datang ke arahnya untuk berdiskusi lebih lanjut, namun permintaan ini ditolak. Mahasiswa bersikeras agar justru Prasetyo yang mendatangi massa aksi.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, kemudian meminta mahasiswa membuka jalan menuju mobil komando. Setelah mahasiswa bersedia memberikan akses, Prasetyo dan rombongannya berjalan melewati celah yang telah terbuka, didampingi oleh aparat kepolisian yang membentuk pengamanan.
Tanda Tangan Tuntutan
Setibanya di mobil komando, Prasetyo Hadi bertemu langsung dengan demonstran dan menerima dokumen tuntutan yang diserahkan oleh salah satu orator aksi. “Sore hari ini saya nyatakan bahwa, kami, pemerintah menyatakan terbuka, akan menerima tuntutan ini dan mempelajarinya,” ujar Prasetyo sambil membubuhkan tanda tangannya sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menindaklanjuti aspirasi mahasiswa.
Para mahasiswa memberikan tenggat waktu 2x24 jam kepada pemerintah untuk merespons tuntutan mereka. “Kawan-kawan semua, hari ini kita dokumentasi dan kita ultimatum pihak istana, kita beri waktu selama 2x24 jam,” ujar orator dengan tegas.
Sebelum aksi berakhir, demonstran bersama Prasetyo menyanyikan lagu perjuangan “Darah Juang” ciptaan John Tobing. Prasetyo mengepalkan tangan ke udara sebagai simbol semangat perlawanan, diikuti oleh para mahasiswa yang turut bersorak dalam unison.
Baca Juga: Prabowo Bentuk Badan Baru BPI Danantara, Kelola Aset Negara Rp9.049 Triliun
Dengan aksi ini, mahasiswa berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata dalam menjawab tuntutan mereka. Sementara itu, publik akan menantikan apakah pemerintah benar-benar akan memenuhi janji yang telah disampaikan dalam pertemuan tersebut.