PINUSI.COM - Masih dalam suasana Imlek, Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon resmi membuka pameran KONGSI: Akulturasi Tionghoa di Nusantara.
Sebuah pameran yang mengeksplorasi mendalam tentang sejarah, peran, dan warisan budaya masyarakat Tionghoa dalam membentuk keberagaman budaya nusantara.
"Buka sebuah pameran kongsi akulturasi budaya Tionghoa dan Indonesia dengan berbagai macam ekspresi budaya yang tadi telah kita saksikan dari peninggalan-peninggalan terdahulu hingga ekspresi budaya kontemporer dan ini bagian dari perjalanan sejarah bangsa. Kita memang mempunyai kekayaan budaya dan keragaman yang sejak dulu menjadi sebuah keniscayaan. Jadi akulturasi, asimilasi budaya dan dialog kebudayaan itu menjadi sebuah keniscayaan di nusantara ini. Dan itulah kira-kira yang ingin kita rayakan keberagaman dan akulturasi budaya," tutur Fadli.
Pameran KONGSI yang merupakan bagian dari upaya Museum dan Cagar Budaya (Indonesian Heritage Agency/IHA) ini berisi tentang bagaimana interaksi masyarakat Tionghoa dan Nusantara yang terbagi menjadi 3 bagian yakni interaksi awal, mengadu nasib dan meretas jalan kemerdekaan, dan merayakan keberagaman. Mulai dari furniture, buku, majalah, piringan hitam hingga lukisan yang menjadi favorit Presiden RI pertama Sukarno ditampilkan di pameran tersebut.
"Kita merayakan ini sebagai peringatan untuk Imlek dan Cap Gomeh. Tadi yang kita lihat dari furniture lalu ada juga penerbitan buku-buku dari Tan Pun Sui, majalah Sinpo yang memuat Indonesia Raya untuk pertama kalinya tahun 1928, piringan hitam yang dibuat waktu itu oleh Yo Kim Chan dari Orkes Musik Populair kemudian ruangan lukisan dari koleksi karya seorang pelukis besar Liman Fong, pelukis yang disukai oleh Bung Karno bahkan ikut menjadi editor dari lima buku volume koleksi Lukisan Sukarno," jawab Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon saat ditemui di Jakarta Pusat, Senen (10/2/2025).
Beberapa benda yang dipamerkan berasal dari koleksi para kolektor dan Museum Benteng. Diadakan di Museum Nasional Indonesia (MNI), Fadli berharap dengan adanya pameran ini bisa untuk menambah literasi tentang akulturasi budaya yang ada.
"Ini dari beberapa kolektor, dipinjamkan dan juga tadi ada yang dari musium benteng tapi tentu yang terbanyak adalah dari musium nasional. Dan ini pertama kali dilaksanakan di museum nasional dengan tematik. Kita berharap nanti ini juga mengundang banyak orang untuk bisa memarahami dan menambah literasi tentang akulturasi budaya Tionghoa dengan Nusantara. Karena ini adalah sebuah perjalanan dan kenyataan yang sudah lama berlangsung dan memperkaya budaya kita dari budaya yang sifatnya material, budaya yang sifatnya intangible dan tangible sampai budaya yang sehari-hari seperti kuliner dll, dan juga ekspresi-ekspresi hingga kini yang terus berlangsung," harapnya.