PINUSI.COM - Menjelang akhir tahun, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP RI) kembali merilis hasil capaian kinerjanya di sepanjang tahun 2024. Kali ini capaian kinerja tersebut ada pada sub sektor perikanan budi daya.
"Hari ini kami menyampaikan bagaimana capaian kinerja di perikanan budi daya. Kalau soal budi daya, pasti yang ditanya sama temen-temen media adalah soal produksinya. Seperti diketahui, bahwa saat ini KKP sedang mengusung konsep blue economy ya dan ada 5 pilar yang selalu sampaikan oleh pak menteri, salah satunya adalah pengembangan perikanan budi daya. Terus terang negara kita cukup tertinggal jauh dengan Vietnam dalam hal budi daya, saat ini mereka telah mencapai 25 juta ton dan tangkapnya cuma 3 juta ton, jadi totalnya 28 juta ton," tutur Haeru.
"Di kami khusus untuk budi daya diluar dari rumput laut ya, ini capaiannya di tahun 2023 sekitar 5 jutaan ton, dan di tahun 2024 naik menjadi 6,37 juta ton khusus untuk ikan saja. Kemudian untuk rumput laut mencapai 10,80 juta ton. Jadi kalau digabung untuk keduanya, kurang lebih ada sekitar 16 juta ton produksi di perikanan budi daya," paparnya.
Haeru Rahayu atau yang akrab disapa TB ini secara terbuka dan transparan mengatakan bahwa ada peningkatan produksi di Ditjen Perikanan Budi Daya jika dibandingkan pada tahun sebelumnya di 2023. Dan meningkatnya jumlah produksi tersebut berimbas kepada penghasilan yang di dapatkan oleh para pembudidaya yang menjadi binaan KKP.
"Berdasarkan data sementara, total produksi budi daya ikan di 2024 meningkat 13,64% jika dibandingkan pada tahun 2023. Lalu total produksi budi daya rumput laut tahun ini juga meningkat sebesar 10,82% daripada tahun sebelumnya. Kemudian untuk total produksi komoditas prioritas lainnya seperti udang pada tahun 2024 mencapai 1,13 juta ton meningkat dari nilai produksi tahun 2023 yang sebesar 941 ribu ton. Produksi ikan nila tahun ini mencapai 1,38 juta ton meningkat dari nilai produksi tahun lalu yang sebesar 1,36 juta ton. Produksi lobster tahun 2024 mencapai 481 ton, meningkat dari nilai produksi tahun 2023 yang sebesar 437 ton. Dan yang terakhir total produksi kepiting pada tahun 2024 mencapai 6.446 ton, meningkat dari nilai produksi tahun 2023 yang sebesar 5.860 ton," kata Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, TB. Haeru Rahayu di Jakarta, Rabu (18/12/2024).
"Kami ada yang namanya NTPI yaitu nilai tukar pembudidaya ikan, dan pada tahun 2024, nilai rata-rata pendapatan pembudidaya mencapai Rp. 5.136.547,- atau meningkat sebesar 4,55% dari tahun lalu. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di beberapa daerah. Kalau dilihat berdasarkan data dari Kemenkue sampai dengan 31 November 2024, perolehan PNBP sektor perikanan budi daya mencapai Rp. 80,38 miliar atau melebihi dari target yang sudah ditetapkan. Perolehan ini merupakan akumulasi dari PNBP Satuan Kerja Badan Layanan Umum (BLU) sebesar Rp. 59,16 miliar dan Satuan Kerja Ditjen Perikanan Budi Daya sebesar Rp. 21,22 miliar," jelasnya.
Sementara di sepanjang tahun 2025, ia mengungkapkan bahwa Direktoratnya telah memiliki beberapa strategi jitu agar dapat terus mendongkrak jumlah produksi yang dihasilkan secara maksimal. Selain itu, ia pun berencana akan menambah UPT (Unit Pelayanan Terpadu) di beberapa provinsi yang telah menjadi sumber pendapatan negara bukan pajak
"Sejalan dengan konsep blue economy nya KKP dimana selalu mengkedepankan ekologi maka dalam menjalankan visi dan misi nya di tahun depan, kami memiliki berbagai macam strategi mulai dari revitalisasi, modeling, kampung perikanan budi daya hingga UPT," ungkap Haeru.
"Modelingnya dibuat senyaman mungkin, karena kami ingin menunjukan kepada masyarakat bahwa ini lho pemerintah, ini lho konsep budidaya yang benar sehingga masyarakat mau datang kesana. Komoditas yang sedang dikembangkan dalam modeling ada udang, rumput laut, nila atau tilapia, kepiting, lobster dan kerang coklat. Kemudian ada kampung perikanan budi daya karena sudah ditetapkan dalam Kepmen KP Nomor 111 Tahun 2023, dibikin menjadi 2 tipe ada kampung perikanan budi daya reguler dan modern, lokasinya ada di Aceh sampai Papua. Lalu yang terakhir di tahun depan, akan di tambahkan lagi 6 UPT agar hasilnya bisa lebih maximal," pungkasnya. (*)