PINUSI.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan pembangunan 442 unit hunian sementara bagi 2.000 Kepala Keluarga (KK) korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, segera dimulai. Langkah ini diambil untuk meningkatkan kenyamanan para pengungsi yang selama ini tinggal di tenda darurat.
Menurut Kepala BNPB Suharyanto, pembangunan hunian sementara ini ditargetkan selesai dalam waktu dua bulan ke depan. Setiap unit dirancang untuk menampung lima KK, sehingga lebih layak dibandingkan kondisi pengungsian sementara saat ini.
Fasilitas Lebih Layak untuk Pengungsi
“Hunian sementara ini diharapkan menjadi solusi sementara yang lebih layak hingga para korban dapat direlokasi ke rumah baru yang saat ini juga tengah dipersiapkan oleh pemerintah,” ujar Suharyanto dalam keterangannya di Jakarta pada Senin.
Pemerintah juga memberikan fleksibilitas kepada para korban. Jika ada warga yang memilih tidak menempati hunian sementara, mereka akan mendapatkan dana tunggu hunian sebesar Rp500 ribu per bulan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Skema Relokasi yang Fleksibel
Suharyanto menegaskan bahwa relokasi dilakukan dengan prinsip sukarela. Warga yang setuju untuk direlokasi dapat memilih dua opsi yang ditawarkan pemerintah, yakni:
Relokasi Mandiri: Warga diberi kebebasan untuk memilih lokasi relokasi secara mandiri.
Relokasi Terpusat: Pemerintah menyediakan lahan dan membangun rumah bagi para korban secara terpusat.
“Kami memastikan tidak ada unsur paksaan dalam relokasi ini. Pemerintah hanya memfasilitasi agar masyarakat dapat memilih solusi terbaik bagi kehidupan mereka pasca-erupsi,” tambahnya.
Langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk mempercepat pemulihan pasca-bencana erupsi Gunung Lewotobi. Dengan adanya hunian sementara, diharapkan para korban dapat menjalani kehidupan lebih layak sambil menunggu pembangunan rumah permanen yang dijanjikan pemerintah. (*)