PINUSI.COM - Pasca kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono di acara Global Fishery Forum dan Seafood Expo ke Rusia beberapa waktu yang lalu, di hadapan awak media, pihak KKP mengumumkan secara resmi perihal soal perkembangan terbaru kerjasama di sektor perikanan antara Indonesia - Rusia.
Karena berdasarkan catatan tahun ini di 2024 kinerja ekspor produk perikanan Indonesia ke Rusia menurun hingga 5,1 persen jika dibandingkan tahun 2023 yang mencapai US$ 25,38 juta.
"Belum lama ini, pak menteri berkunjung ke Rusia. Hasil dari pertemuan tersebut menyatakan bahwa kedua negara bersepakat untuk meningkatkan perdagangan perikanan dan memperpanjang sistem penjaminan mutu. Karena produk perikanan Indonesia memang diperlukan oleh Rusia," tutur Budi.
"Ekspor produk perikanan kita ke Rusia angkanya masih rendah, jauh di bawah Chile yang bisa menguasai pangsa pasar Rusia sebesar 22,5%. Komoditas produk perikanan yang negara kita ekspor adalah jenis udang, rumput laut, hati-telur ikan, cumi- sotong-gurita, tuna-cakalang-tongkol dan ikan hias," paparnya.
Lebih lanjut Budi mengatakan bahwa alasan penurunan ekspor produk perikanan Indonesia ke Rusia lantaran karena masih adanya perang di negara Presiden Putin tersebut. Namun begitu, untuk ke depannya dengan strategi yang tepat dan kerja sama yang baik, ia mengaku optimis penurunan ekspor perikanan akan dapat teratasi dengan baik.
"Ekspor perikanan Indonesia ke Rusia di dominasi oleh komoditas udang (45,4%), rumput laut (23,1%), Hati-Telur Ikan (20,7%), Cumi-Sotong-Gurita (5,2%), Tuna-Cakalang (2,2%) dan Ikan Hias (2%). Pak Menteri berencana akan melakukan kerjasama melalui nota kesepahaman dengan Rusia dengan berfokus pada produk perikanan untuk horeka (hotel, restaurant, cafe) seperti udang, rumput laut, dll," ucapnya Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistiyo di Jakarta, Selasa (24/9/2024).
"Untuk ekspor udang, negara kita kalah dengan India, Ekuador, dan Korsel. Lalu kemudian untuk rumput lautnya juga masih kalah dengan Tiongkok. Tapi khusus untuk rumput laut, rupanya mereka disana membuat caviar sintetis yang terbuat dari bahan tersebut, dan disana Indonesia hanya menguasai pasar rumput laut sebesar 2,8% jadi negara kita masih punya kesempatan atau peluang untuk menguasai komoditas tersebut," tandas Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan KKP, Ishartini.
Masih besarnya potensi Indonesia untuk menguasai ekspor perikanan di Rusia khususnya rumput laut, membuat KKP mengajak semua para pelaku UMKM perikanan untuk bergabung dan melakukan ekspor ke negara beruang merah.
"Peluang pangsa pasar Indonesia untuk mengekspor komoditas perikanan disana itu cukup sangat besar mengingat Rusia tidak bisa mendapatkan ikan dari Eropa, dan saat ini kami diminta untuk segera mengirimkan sample yang mereka minta. Pak menteri juga berencana akan membuka kegiatan bisnis forum, dimana nantinya disitu akan ada bisnis matching bagi para pengusaha dari kedua belah negara," ungkapnya.
"Tugas KKP adalah menjamin mutu dan pengolahan ikan dari mulai hulu sampai hilir, terutama yang akan di ekspor. Bagi UMKM yang berminat untuk ekspor, kami akan mendampingi dalam mengisi kuisioner, agar bisa memenuhi standar yang diminta oleh Rusia. Kami mendorong UMKM untuk naik kelas jadi tidak ada pembatasan jumlah kuota yang ingin ikut, hanya saja mereka sudah harus tergabung di Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang sudah punya nomor register. Saat ini, UPI yang aktif itu baru 10 tersebar di Jawa Timur, Jakarta, di Sulawesi Selatan juga ada. Sementara untuk UPI rumput laut ada di Situbondo, Jatim, Makasar, dll. Pokoknya akan kami informasikan semua dengan para asosiasi," jawab Ishartini kepada redaksi PINUSI.COM saat ditemui usai acara.