PINUSI.COM - Winson Reynaldi, seorang konten kreator yang dikenal dengan gaya komedinya, kembali mendapat sorotan tajam setelah video terbarunya yang memparodikan Paus Fransiskus di kursi roda memicu kemarahan dari umat Katolik di Indonesia. Aksi ini dianggap tidak menghormati sosok Paus dan menyinggung nilai-nilai agama, sehingga memicu gelombang protes dari berbagai pihak. Namun, ini bukan kali pertama Winson terlibat dalam kontroversi. Berikut adalah beberapa jejak kontroversial lainnya yang melekat pada dirinya:
Parodi Paus Fransiskus di Kursi Roda
Konten terbaru yang memicu reaksi negatif ini menunjukkan Winson berperan sebagai Paus Fransiskus yang duduk di kursi roda. Meskipun video tersebut diklaim sebagai humor satir, banyak pihak, terutama dari komunitas Katolik, merasa tersinggung. Mereka menilai parodi ini melanggar batas karena memanfaatkan figur agama yang dihormati di seluruh dunia. Tak sedikit yang meminta Winson untuk segera meminta maaf secara terbuka.
Pertarungan Tinju dengan El Rumi
Sebelumnya, Winson Reynaldi juga pernah terlibat dalam pertandingan tinju yang cukup kontroversial dengan El Rumi, anak dari musisi Ahmad Dhani. Pertarungan ini digelar sebagai bagian dari acara hiburan yang mendapatkan banyak perhatian di media sosial. Meskipun awalnya dikemas dalam format yang ringan, aksi tinju ini menuai kritik karena dianggap terlalu mengandalkan sensasi tanpa pesan yang jelas, serta dipandang sebagai upaya menaikkan popularitas instan.
Konten Komedi dengan Tema Sensitif
Kontroversi Winson tidak hanya berhenti pada parodi Paus Fransiskus. Sebelumnya, ia juga dikenal sering menggunakan isu-isu sensitif dalam kontennya. Beberapa video komedinya dinilai mengeksploitasi stereotip, dan beberapa pihak menudingnya tidak menghormati perasaan orang lain. Meski ia selalu berdalih bahwa kontennya bertujuan untuk hiburan, banyak yang mempertanyakan batas-batas humor yang layak untuk diangkat ke publik.
Reaksi Publik dan Tanggapan Winson
Setiap kali tersandung kontroversi, reaksi publik terhadap Winson cenderung beragam. Sementara sebagian besar penggemarnya tetap mendukung, tidak sedikit pula yang mengkritik tindakannya. Namun, dalam setiap insiden, Winson kerap mempertahankan posisinya dan jarang memberikan permintaan maaf langsung, lebih memilih untuk menyebutkan bahwa kontennya adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Namun, dalam kasus parodi Paus Fransiskus, tekanan publik semakin besar untuk menuntut klarifikasi dan permintaan maaf resmi.
Kontroversi yang mengelilingi Winson Reynaldi menjadi pengingat bahwa dalam dunia konten digital, kreator harus berhati-hati dalam memilih tema yang mereka angkat, terutama jika menyangkut topik-topik sensitif. Meskipun kebebasan berekspresi penting, menghargai nilai-nilai dan keyakinan orang lain adalah bagian integral dari keberlanjutan karier di industri kreatif. (*)