Jumlah investor pasar modal tumbuh sebesar 45 persen di tengah pandemi Covid-19
Selama pandemi Covid-19, platform digital memegang peranan penting. Salah satunya menjadi sarana yang banyak dimanfaatkan untuk berinvestasi. Dalam sebulan, tercatat penambahan investasi sekitar 200 ribu dollar Amerika Serikat.
Demikian catatan yang dilaporkan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Lebih jauh dilaporkan, hingga 23 Desember 2020, jumlah identifikasi investor (Single Investor Identification/SID) tumbuh 45,51 persen menjadi 3.615.019 SID. Jumlah ini terdiri dari investor saham, surat utang, reksa dana, Surat Berharga Negara (SBN), dan efek lain yang tercatat di KSEI.
Dari jumlah pemegang SID itu, 1.547.619 di antaranya tercatat memiliki aset saham, 2.905.718 SID memiliki aset reksadana,dan 452.635 SID memiliki aset SBN. Sedangkan, dari demografinya investor muda atau mereka yang berusia di bawah 30 sampai 40 tahun mendominasi, yaitu sebesar 73,83 persen.
Berdasarkan data yang tercatat di KSEI per tanggal 30 November 2020, investor pasar modal didominasi oleh 61,11 persen laki-laki, 50,24 persen usia di bawah 30 tahun, dan 53,69 persen merupakan pegawai swasta. Lalu, 44,09 persen lulusan sarjana, 58,16 persen berpenghasilan Rp10juta-Rp100 juta per tahun dan 72,12 persen berdomisili di pulau Jawa.
Namun torehan ini bukan semata-mata menunjukkan prestasi, melainkan juga menunjukkan tantangan baru yaitu kesiapan infrastruktur menampung jumlah investor dan transaksi yang diperdagangkan.
"Ini pencapaian yang kami patut syukuri bersama, dalam situasi pandemi pertumbuhan investor pasar modal Indonesia bertumbuh positif di atas 40 persen. Yang menjadi fokus KSEI itu apabila investor mencapai 5 juta, apakah sistem kami siap? Apabila produk sekarang reksa dana, kapasitas mesin, jumlah investor, jumlah produk, dan frekuensi transaksi," ungkap Presiden Direktur KSEI Uriep Budhi Prasetyo pada webinar HUT KSEI ke-23, belum lama ini.